SEARCH PKS post

9/24/2007

Tradisi Dugderan menyambut Ramadhan

SmartFM - Semarang

Wali kota Semarang Sukawi Sutarip, tampak gagah memerankan Adpati Semarang Raden Mas Tumenggung Aryo Purboningrat. Dengan menunggang kuda, sang Walikota menyusuri jalan Protokol mengelilingi Kota, untuk mengumumkan datangnya bulan Suci Ramadhan. Sementara di belakangnya, iring-iringan karnaval mengikuti sang Adipati dengan tetabuhan berbagai musik khas.

Masyarakat, berjajar di pinggir jalan menyaksikan arak-arakan yang juga sebagai penutup acara Dugderan. Acara dugderan sebagai rangkaian menyambut Ramadhan, diselenggaran selama dua minggu sebelum puasa hingga sehari menjelang datangnya bulan suci.

Wali Kota Sukawi Sutarip mengisahkan, awalnya dugderan digelar pada tahun 1881 oleh Bupati Semarang Raden Mas Tumenggung Aryo Purboningrat. Bupati yang dikenal sangat kreatif di bidang kesenian seni, merasa perlu memberi pertanda awal waktu berpuasa, karena umat Islam pada masa lampau belum memiliki keseragaman waktu. Untuk menandai dimulainya bulan Ramadhan, maka diadakan upacara dengan membunyikan suara bedug sebanyak 17 kali, yang kemudian diikuti dengan suara dentuman meriam sebanyak 7 kali. Perpaduan bunyi dug dan der inilah yang menjadi istilah Dugderan.

Tradisi ini memiliki simbol religius, yang diberi nama warak ngendog. Warak adalah jenis binatang rekaan, yang bertubuh kambing dan berkepala naga dengan kulit seperti bersisik. Replika binatang ini banyak dibuat dari kertas warna-warni yang terbuat dari kayu, dan dilengkapi dengan beberapa telur rebus sebagai pertanda binatang itu ngednog atau bertelur. Seperti yang diungkapkan oleh Supramono, budayawan sekaligus akedimisi dari universitas Diponegoro Semarang.

Dalam arak – arakan itu sejumlah pertunjukkan kesenian di suguhkan kepada warga kota semarang, seperti tarian warak dugderan. Menurut salah seorang penari dugderan – Yamashita, tarian yang dibawakan bersama lima penari lainnya, menggambarkan datangnya bulan suci ramadhan.

Dalam Perayaan menyambut bulan suci kali ini, juga di meriahkan kolaborasi gamelan antara pentatonis dan diatonis. Suroso salah satu seniman yang ikut mendukung perayaan dugderan menjelaskan, dengan inovasi tersebut, telah menambah kesemarakan dan kemeriahan menyambut dugderan.

Tradisi yang digelar setiap tahun menjelang bulan ramadhan kali ini, dimeriahkan juga dengan puluhan mobil hias, karnaval pejalan kaki serta iring iringan warak ngendog. Prosesi dugderan yang berawal dari balai kota dan menyusuri sejumlah jalan protokol singgah di Masjid kauman dan berahir di masjid agung Jawa Tengah. Meski telah di campur dengan inovasi kesenian, namun konsep leluhur tetap di kedepankan. Masyarakatpun, menyambut teradisi itu dengan penuh antausiasme .


Editor : M. Didin Wahidin - SmartFM Network

0 comments:

Copyrights @ 2006 Perkumpulan Karyawan SmartFM - Jakarta, Indonesia
http://crew-smartfm.blogspot.com

  © Blogger template 'Ultimatum' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP