“MAKAM YANG HILANG”
Sehari menjelang Ramadhan tiba, seorang Warga Desa Siring Kecamatan Porong Sidoarjo – Gatot-, tampak terburu buru menuju sebuah kawasan yang sudah terendam luapan lumpur Lapindo. Sesampainya di lokasi, Gatot berusaha mencari pohon Kamboja yang sudah mulai mengering dan batang bambu yang dipasang sebelum desa mereka terendam lumpur.
Gatot dan rekan-rekannya, bukan mencari rumah yang pernah di tinggalinya, namun makam para leluhur yang telah mendahului meninggalkan dunia ini. Gatot dan warga Porong lainnya, akan melakukan ziarah makam sebagai salah satu tradisi menjelang datangnya bulan Ramadhan. Makam di Desa Siring Kecamatan Porong Sidoarjo, sudah tenggelam oleh Lumpur yang keluar dari sumur banjar panji satu PT Lapindo berantas. Sehingga, ziarah yang mereka lakukan hanya berpedoman pada pohon kamboja yang sudah mengering dan beberapa batang bambu panjang yang dipasang sebelum desa mereka tenggelam oleh lumpur Lapindo.
Gatot dan rekan-rekannya, bukan mencari rumah yang pernah di tinggalinya, namun makam para leluhur yang telah mendahului meninggalkan dunia ini. Gatot dan warga Porong lainnya, akan melakukan ziarah makam sebagai salah satu tradisi menjelang datangnya bulan Ramadhan. Makam di Desa Siring Kecamatan Porong Sidoarjo, sudah tenggelam oleh Lumpur yang keluar dari sumur banjar panji satu PT Lapindo berantas. Sehingga, ziarah yang mereka lakukan hanya berpedoman pada pohon kamboja yang sudah mengering dan beberapa batang bambu panjang yang dipasang sebelum desa mereka tenggelam oleh lumpur Lapindo.
Demikain juga dengan Mohammad Sodikin, warga Desa Mindi. Meski makam orang tuanya telah tenggelam oleh Lumpur, namun dirinya tetap ziarah, sesuai dengan keyakinan yang dimilikinya .
Kebiasaan ziarah kubur untuk mendoakan leluhur menjelang bulan puasa Ramadhan, ternyata masih dilakukan oleh warga korban lumpur Lapaindo di pengungsian Pasar baru Porong. Meski dua makam yaitu di Desa Renokenongo dan di Dusun Sengon sudah terendam lumpur, namun ratusan warga bersama-sama berziarah kubur seperti sebelum terjadinya luapan lumpur Lapaindo. Menurut Wakil Ketua paguyuban pengungsi Renokenongo-Pitanto, hal itu dilakukan untuk menghormati leluhur.
Banyak warga korban lumpur Lapindo yang mengaku pasrah dengan kondisi makam yang sudah tenggelam oleh lumpur, sehingga hilang tanpa nisan. Meski demikian ada juga warga yang menggali makam, untuk memindahkan jasad anggota keluarganya. Seperti halnya Drajad Suwoto warga Desa Siring, yang memilih menggali makam yang sudah terendam lumpur 2 meter, untuk memindahkan makam 5 jasad anggota keluarganya. Menurut Drajad, hal itu dilakukan untuk memudahkan keluarga yang masih hidup, dalam merawat kubur anggota keluarga yang sudah meninggal.
Meski masih banyak warga yang memilih ziarah ke makam yang sudah terendam lumpur, namun banyak warga korban lumpur yang nyekar di lokasi lain. Salah satunya adalah Karyono, warga Desa Jatirejo , yang memilih tabur bunga dan kirim doa di perempatan jalan.
Dampak luapan lumpur lapindo memang sangat besar, selain mengakibatkan kerugian Material juga Im-material. Diharapkan , dampak korban lumpur ini dapat segera teratasi, agar korban lumpur lapindo, baik yang hidup maupun yang sudah meninggal dapat tenang.
Reporter:
M.Kosim (SmartFM Surabaya)
Editor:
M.Didin Wahidin (SmartFM Jakarta)
0 comments:
Post a Comment