SEARCH PKS post

9/20/2007

Jamu Tradisional

Indonesia terkenal karena keanekaragaman jenis floranya. Para ahli memperkirakan bahwa jenis flora Indonesia tidak kurang dari 40.000 jenis yang tersebar diseluruh pelosok tanah air dan baru kurang lebh 3000 jenis tumbuhan yang dapat diketahui potensinya dan dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin maupun tumbuhan obat. Tumbuhan obat merupakan sumber daya alam hayati yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan digunakan secara luas oleh masyarakat khususnya kelompok masyarakat yang belum memiliki kesempatan untuk mendapatkan pengobatan modern. Sekarang ini mulai bermunculan industri-industri rumah tangga yang berusaha mencoba dan menciptakan berbagai macam obat tradisional seperti jamu tradisional. Industri rumah tangga ini selain untuk memenuhi penyediaan obat secara murah dan mudah didapat juga untuk menambah penghasilan rumah tangga yang saat ini mengalami kekurangan.

Dewasa ini telah beredar beraneka ragam jenis jamu tradisional, baik yang memiliki ijin Depkes maupun yang tidak. Bahkan, Badan Pengawas Obat dan Makanan di beberapa daerah telah menarik beberapa produk, karena membahayakan kesehatan dan sebagian bisa mematikan. Penarikan produk tradisional itu , karena dicampur bahan kimia berbahaya. Beberapa bahan yang ditemukan dalam jamu tradisional itu antara lain fenibutason, metampiron, deksamitason, ctm, allupurinol, sildenafil sitrat, sibutramin hidroklorida dan parasetamol. Efek penggunaan obat keras itu, berupa gangguan saluran pencernaan seperti mual, pendarahan lambung, rasa terbakar serta gangguan sistem syaraf, gangguan darah, pembentukan sel darah terhambat, gangguan ginjal, syok dan kematian.
Disis lain, beredarnya Jamu tradisonal yang tidak memiliki ijin kesehatan telah mematikan Industru jamu yang remi. Banyak industri Jamu yang gulung tikar, karena produknya kalah bersaing dengan Jamu tradisional yang tidak berijin. Ada juga produk jamu yang sebenarnya memiliki ijin Departemen Sosial, namun dalam perkembangannya kemasanya tidak sesuai dengan saat pengajuan ijin. Anehnya, produksi jamu tidak berijin dilakukan pada sekala perumahan, tetapi pemasarannya dapat menjangkau lapisan masyarakat terendah di seluruh pelosok tanah air.
Pengobatan alternatif menggunakan ramuan tradisional tidak hanya diminati masyarakat pedesan, tetapi kalangan menengah ke atas perkotaan. Pengobatan tradisional menjadi semacam tren di tengah masyarakat yang selama ini lebih banyak mengandalkan sistem pengobatan modern, kalangan medis dan ilmu kedokteran Barat.
Masyarakat kini menyadari obat tradisional yang sudah lama dikenal dan dipraktikan sejak ribuan tahun lalu tidak kalah hebat dari obat modern. Dahulu kesembuhan dari suatu penyakit hanya bergantung dari pengobatan dokter dan kata-kata dokter seperti sebuah aturan yang tak terbantahkan serta mutlak harus dituruti, maka kenyataan tersebut mulai bergeser.
Kini mulai banyak bermunculan klinik-klinik pengobatan tradisional. Bahkan tempat praktik paranormal mulai banyak dikunjungi para pasien yang ingin memperoleh kesembuhan dengan cara yang terkadang tidak masuk akal.
Kenyataan ini tidak hanya terlihat di kota kecil tetapi juga di kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan Medan. Pengetahuan tentang pengobatan tradisional dari nenek moyang kini mulai banyak digali.
Meski demikian ada pula sebagian orang yang lebih bijak dan realistis dengan tetap melakukan diagnosis serta terus mengikuti perkembangan penyakitnya melalui dokter modern, tetapi sehari-hari proses pengobatan yang dilakukannya menggunakan obat tradisional.
Potensi yang amat besar dari negeri kita membuat banyak pihak ingin meneliti dan memanfaatkan bahan alami dan tanaman obat untuk berbagai kegunaan lain seperti kosmetik, pengharum, penyegar, pewarna atau senyawa model yang lain yang bisa disimak dalam perkembangan berbagai produk semacam itu akhir-akhir ini.
Industri Jamu di Indonesia
Jamu terbagi tiga jenis yaitu jamu tradisional warisan nenek moyang, jamu yang dikembangkan berdasarkan referensi dan fitofarmaka. Khusus untuk fitofarmaka konsepnya tidak berbeda dengan obat modern karena merupakan obat yang berasal dari tanaman yang telah melalui proses uji klinis serta pra uji klinis persyaratan formal produk pengobatan.
Selama ini industri jamu bertahan tanpa dukungan memadai dari pemerintah maupun industri farmasi. Dokter dan apotek belum dapat menerima jamu sebagai obat yang dapat mereka rekomendasikan kepada pasien, sehingga produk jamu tidak termasuk dalam produk yang dipasarkan tenaga-tenaga detailer seperti halnya produk obat modern. Di pihak dokter yang mempraktikan pengobatan, pendidikannya juga masih mengacu pada pengobatan modern dan tidak menyentuh substansi pengobatan dengan bahan alam (fitofarmaka).
Dengan kondisi tersebut tak heran apabila pasar industri jamu tradisional sulit berkembang pesat. Padahal dengan jumlah masyarakat Indonesia 200 juta jiwa potensi pasar bagi produk jamu sangatlah besar. Terlebih lagi saat ini kalangan masyarakat menengah ke atas mulai terlanda tren 'back to nature' menggunakan produk yang berasal dari alam.
Perkembangan obat tradisional saat ini justri menggembirakan. Saat ini mulai banyak penelitian obat tradisional yang dilakukan secara serius. Contohnya, penelitian tentang obat penurun kadar kolesterol dan pnurunan gula darah oleh perusahaan obat besar di Indonesia dan penelitian obat tradisional yang memiliki khasiat anti kanker.
Selain faktor kekurangpercayaan masyarakat, pengobatan dengan bahan alami Indonesia tidak memiliki tradisi pendokumentasian. Hal ini berbedadengan Cina yang pendokumentasiannya lengkap dengan penggunaan, khasiat serta petabibannya terakumulasi selama berabad-abad. Pemraktikannya melalui proses sosialisasi panjang serta memiliki unit disiplin tersendiri untuk membentuk 'tradisi keilmuan' Timur dengan standar yang khusus pula. Selain itu penyebab ketertinggalan pengobatan dengan bahan alami Indonesia adalah pengembangannya yang masih relatif baru yaitu tahun 1985.
Namun apapun kendalanya saat ini banyak pihak mulai melirik potensi pasar tradisional ini sehingga dari segi bisnis prospek pemasarannya sangat menggiurkan. Idealnya harus ada pembuktian terlebih dahulu mengenai khasiat obat alami terhadap suatu penyakit sebelum obat tersebut dinyatakan dapat digunakan sebagai pengobatan suatu penyakit.

Source:Didin Wahidin

0 comments:

Copyrights @ 2006 Perkumpulan Karyawan SmartFM - Jakarta, Indonesia
http://crew-smartfm.blogspot.com

  © Blogger template 'Ultimatum' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP