SEARCH PKS post

12/10/2007

Notulensi Pertemuan :Persiapan Pembentukan Federasi Serikat Pekerja Media

Tempat: Ruang Rapat Majalah Swa, Tanah Abang Jakarta Pusat.
Sabtu, 8 Desember 2007

Diskusi dimulai 10.30 dan berakhir 14.30 wib

Acara dibuka dengan pengantar dari Yoga (Forum Karyawan Swa) dan Bina Karos (Divisi Serikat Pekerja AJI Jakarta). Ditekankan bahwa dari 829 media cetak, ribuan radio dan 65 stasiun televisi, yang memiliki serikat pekerja baru sekitar 40-an. Diskusi hari ini untuk mencari dimana letak kesalahan strategi pembangunan SP Media dan menyamakan pemahaman soal pembentukan federasi SP. AJI Jakarta menilai selama ini SP Media kurang bertumbuh karena baru melibatkan wartawan dan belum seluruh pekerja di rantai produksi perusahaan media, terutama di percetakan (untuk media cetak) dan non redaksi lainnya. Selain itu, belum adanya persatuan SP Media juga menyulitkan perkembangan lebih lanjut. Adanya Federasi SP Media akan memungkinkan percepatan pembentukan SP Media karena Federasi bisa memberikan penguatan kapasitas dan memfasilitasi kerja-kerja SP Media di tingkat basis. Selama ini AJI tidak bisa masuk secara penuh ke tingkat basis perusahaan karena tidak memiliki jaringan langsung dengan SP di sana dan selalu dianggap ”orang luar” yang secara legal tidak bisa ”bermain” di tingkat basis.

Bambang Wisudo menekankan bahwa selama ini perjuangan SP Media masih elitis. Namun masih ada harapan. Ketika media berkembang menjadi konglomerasi dan kepentingan bisnis pemilik modal media makin mengemuka, akan makin banyak kesempatan untuk mengajak pekerja media bersatu membentuk serikat pekerja. Untuk itu, Wisudo menilai bergabungnya pekerja media non redaksi adalah kebutuhan mutlak. Selain itu, aliansi di tingkat global juga makin dirasakan sebagai kebutuhan.

Maruf dari ABM menekankan penguasaan rantai produksi perusahaan media dengan mengidentifikasi dan menciptakan kader maju di setiap sektor penting tersebut. Dia juga menilai prasyarat penting bagi majunya pembentukan serikat pekerja media adalah AJI harus berbasis perusahaan. Dengan berbasis individu seperti selama ini, AJI menjadi macan ompong yang tidak bisa masuk ke wilayah advokasi di tingkat basis. Maruf juga mengingatkan bahwa sejarah gerakan sosial di Indonesia pada jaman kolonial dimulai oleh wartawan. Sudah saatnya kepemimpinan gerakan sosial itu kembali pada para wartawan melalui perjuangan berserikat.

Maruf menegaskan bahwa selain pekerja sektor media, sejumlah pekerja di sektor lain juga sedang bersiap membentuk federasi. Dia menyebut antara lain pekerja sektor migas, transportasi, pulp dan kertas serta dosen perguruan tinggi, saat ini sudah membentuk komite-komite persiapan dengan difasilitasi ABM, untuk bersama-sama membentuk federasi. Maruf mengajak suatu saat embrio federasi SP Media bertemu dengan komite-komite persiapan federasi SP di sektor lain.

Pada sessi tanya jawab, Jay Waluyo dari Serikat Pekerja Smart FM, mengingatkan perlunya federasi SP Media untuk mengontrol pelanggaran kebebasan berserikat di perusahaan-perusaha an media. Selain itu, pentingnya SP media juga dirasakan ketika merencanakan program pensiun dan dana asuransi untuk pekerja media. Tak hanya itu, media juga tidak terwakili di forum tripartit nasional. Selama ini, tugas-tugas penting itu tidak tergarap karena belum ada federasi SP Media.
Imam Kurdi dari Serikat Pekerja SCTV menegaskan bahwa sudah ada 50 pekerja SCTV bergabung dalam serikat pekerja yang dia bentuk dan kini sudah terdaftar di Disnaker. Namun, dia mengingatkan masih ada kesenjangan pemahaman di tingkat basis soal pentingnya SP dan aturan hukum yang melindunginya. Dia meminta meski federasi akan dibentuk, penguatan di tingkat basis jangan ditinggalkan.

Marina dari TURC menyambut baik rencana federasi SP Media dan menilai ini bisa membantu kampanye gerakan buruh secara nasional. Selama ini, gerakan buruh dan kondisinya kurang diperhatikan karena tidak masuk dalam agenda media nasional. Dia mengingatkan untuk menuju federasi SP Media dibutuhkan tim inti atau komite persiapan yang berfungsi menjadi jangkar untuk menyiapkan proses ini. Selain itu, juga dibutuhkan pemetaan yang menyeluruh soal kesiapan SP Media di perusahaan-perusaha an untuk bergabung bersama.

Wisudo menjawab bahwa penguatan basis dan pembentukan federasi bisa berjalan simultan dan justru saling menguatkan. Dengan adanya federasi, justru gerakan membesarkan SP Media dan membentuk SP Media baru akan mendapatkan landasan hukum yang kuat. Dia mengingatkan bahwa di tingkat basis, tiga program yang tidak boleh ditinggalkan adalah pendidikan, pengorganisasian dan propaganda. Tujuan pertama di tiap basis adalah negosiasi perjanjian kerja bersama dengan perusahaan.

Maruf menambahkan bahwa sebelum menuju federasi dibutuhkan pendataan dan penilaian bersama soal apa saja kekuatan, kelemahan dan ancaman serta tantangan yang akan dihadapi ke depan. Juga dibutuhkan sebuah bagan proses yang disepakati bersama plus timeframe dan target di tiap tahapan. Untuk mempersiapkan semua itu, dibutuhkan sebuah komite persiapan.

Maruf mengingatkan bahwa makna SP pada dasarnya adalah sekolah politik bagi rakyat. Perjuangan jangan berhenti pada pembentukan federasi misalnya. Harus ada target lain yang lebih besar. ABM saat ini berjuang untuk standardisasi upah layak nasional. Untuk menuju tahapan selanjutnya, sebuah SP Media dan Federasi yang baik harus punya tiga hal: ideologi, politik dan organisasi.

Sessi tanya jawab kedua diisi oleh Sahala M Tobing dari serikat pekerja Dian Rakyat. Dia menjelaskan percetakan Dian Rakyat saat ini tergabung dengan Serikat Pekerja Percetakan dan Penerbitan Media Informasi (SPPPMI). Namun dia tengah berpikir-pikir untuk meninggalkan afiliasi itu dan bergabung dengan federasi yang akan dibentuk AJI ini. Namun untuk memutuskan, dia meminta waktu agar serikatnya bisa memikirkan dan memutuskan soal ini.

Fida dari TURC mengingatkan pentingnya melibatkan non wartawan dalam SP Media dan juga konsolidasi yang terus menerus.
Fuad Bachtiar dari 68 H meminta tips bagaimana membuat penggalangan SP di basis lebih efektif dan juga bagaimana mengubah hubungan kerja yang terlalu hierarkis sehingga pembentukan SP menjadi lebih mudah.

Didik dari Kompas Gramedia menjelaskan bahwa percetakan Gramedia kini masih bergabung dengan SPSI. Namun dia bersikap terbuka dan ingin terus terlibat dalam rencana pembentukan Federasi SP Media ini.
Menjawab pertanyaan itu, Maruf menegaskan bahwa untuk menuju federasi, komite persiapan harus berisikan paling sedikit tim materi yang akan mempersiapkan draft assesment soal kondisi dan situasi nasional dan internasional serta dinamika geopolitik mutakhir yang jadi dasar pentingnya federasi SP media ini. Selain itu, tim materi juga membahas draft strategi dan taktik serta program perjuangan federasi. Tidak ketinggalan, draft aturan organisasi internal federasi juga harus disiapkan. Sebelum mulai bekerja, seluruh SP yang berminat bergabung membentuk federasi diminta menyepakati konvensi dasar yang menjadi landasan kerja komite persiapan. Ini penting agar kerja-kerja komite tidak melenceng dari alur sebab begitu dibentuk komite ini sudah berfungsi sebagaimana layaknya sebuah core federasi.

Maruf juga mengingatkan pembentukan Federasi harus didahului proses panjang untuk saling mengetahui latar belakang masing-masing SP dan aktivisnya. Ini penting agar terjadi kesamaan pandangan dan konsolidasi.
Pada sessi tanya jawab ketiga, Maria dari Tempo meminta federasi ini dipersiapkan dengan matang dan tidak tergesa-gesa. Dia menekankan adanya perbedaan kultur organisasi di tiap media, yang bisa saja menyebabkan pembentukan federasi ini tidak maksimal. Selain itu, dia juga meminta ada survei akademik yang menilai kesiapan masing-masing basis untuk melangkah lebih jauh membentuk Federasi SP Media.
Dono dari Indosiar menegaskan bahwa Indosiar siap bergabung namun saat ini masih bermasalah dalam hal pembentukan SP. Kadernya yang disiapkan sudah ada 10 orang namun yang serius baru 3 orang. Selain itu, manajemen perusahaan sudah bersiap untuk berkonfrontasi dengan SP ini jika sudah terbentuk. Dono meminta bantuan AJI untuk mempersiapkan SP Medianya.

Imam dari SCTV menambahkan bahwa SP Media yang ada di perusahaannya saat ini berafiliasi dengan ASPEK. Dia bertanya apakah bisa diberikan waktu untuk berjalan seiring atau apakah dengan afiliasi ini dia tidak akan bisa bergabung dengan Federasi yang akan dibentuk AJI.

Ricky dari Lativi menyambut baik rencana persatuan SP Media namun meminta perhatian AJI untuk rencana PHK besar-besaran yang sedang disiapkan manajemen Lativi segera setelah Lativi berubah nama menjadi TV One awal 2008. Dia meminta pendampingan AJI.
Menjawab pertanyaan di sessi ini, Wisudo menekankan pada dasarnya AJI siap mendampingi dan mengadvokasi setiap aktivis serikat pekerja. Justru dengan adanya federasi ini, landasan hukum AJI untuk masuk ke basis-basis memfasilitasi pembentukan SP Media dan mengadvokasi kasus-kasus menjadi lebih kuat. Bahkan AJI juga bisa memberi technical assistance untuk negosiasi Perjanjian Kerja Bersama jika SP di basis itu adalah bagian dari federasi. Untuk itu, Wisudo berjanji AJI akan terus memfasilitasi federasi ini, dengan menawarkan penggunaan sekretariat AJI, dana operasional AJI, dan juga jaringan kerja AJI di dalam dan di luar negeri untuk memuluskan jalan bagi pembentukan SP Media ini.

Maruf menambahkan dia gembira sekali bisa berada di sini pada proses awal pembentukan federasi SP Media di Indonesia. ABM siap membantu dan mendukung proses ini selanjutnya. Dia menekankan bahwa saat ini terjadi kekosongan kepemimpinan gerakan buruh dari sektor media. AJI bisa mengambil peran itu demikian juga dengan federasi yang kelak dibentuk ini.

Di akhir diskusi, moderator memfasilitasi diskusi singkat untuk mempersiapkan komite persiapan federasi. Sesuai dengan partisipan yang hadir, ada 4 klasifikasi: SP Media terdaftar yang belum terafiliasi, SP Media terdaftar sudah terafiliasi, SP Media belum terdaftar di Disnaker dan SP Media dalam proses terbentuk. AJI menawarkan semua perwakilan SP yang hadir tetap terlibat dalam proses pembentukan federasi. SP Media yang sudah terafiliasi dipersilakan terus berkomunikasi untuk menjajagi kemungkinan bersatu bersama-sama, sementara SP Media yang belum terdaftar diminta segera mendaftarkan diri, sembari AJI membantu terbentuknya SP-SP di media yang masih dalam proses pembentukan SP. Untuk itu, SP Media terdaftar yang belum terafiliasi diharapkan menjadi tim inti yang mempersiapkan draft bagi rencana pembentukan komite persiapan federasi. Tim inti ini terdiri dari perwakilan SP Smart FM, Swa, Tempo dan TPI dengan koordinator disepakati Jay Waluyo dari Smart FM. SP Hukum Online, Perkawinan, dan Kontan diharapkan segera bergabung dalam tim inti segera setelah terdaftar di Disnaker. Sementara itu, survei yang diminta sebagian peserta akan difasilitasi oleh AJI Jakarta melalui pengumpulan kuisioner ke simpul-simpul yang saat ini juga adalah program Divisi SP AJI Jakarta.

Jay Waluyo sebagai koordinator tim inti kemudian menawarkan pertemuan selanjutnya diadakan pada minggu kedua Januari 2008. Dua SP menawarkan menjadi tempatnya yakni Tempo dan 68H. Karena itu, Jay kemudian menegaskan kepastian waktu dan tempat akan disusulkan lewat surat. Jay juga mengundang perwakilan empat SP sebagai tim inti untuk bertemu pada pekan ketiga Desember di AJI Jakarta untuk mempersiapkan materi yang dibahas pada pertemuan berikutnya. Agenda pertemuan Januari 2008 disepakati adalah rapat pembentukan komite persiapan Federasi SP Media.

Jakarta, 8 Desember 2007
Komang
Moderator sekaligus Notulen Diskusi

0 comments:

Copyrights @ 2006 Perkumpulan Karyawan SmartFM - Jakarta, Indonesia
http://crew-smartfm.blogspot.com

  © Blogger template 'Ultimatum' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP