SEARCH PKS post

10/24/2007

Tarian Appepe Pepe (Bermain Api)

SmartFM Makasar

Suasana sebuah kampung di sudut Kota Makasar malam itu, terlihat lebih ramai di banding dengan hari biasa. Sejumlah muda mudi, tampak asyik menikmati hiburan yang dimainkan oleh beberapa seniman. Dengan sangat lincah para seniman menari- nari, sembari memainkan api yang dibawanya.

Kita mengenai sejumlah tarian, yang menggunakan Api sebagai objeknya. Jenis tarian itu diantaranya, tarian api pujaan suku maya, tarian berjalan diatas bara api ala Selandia baru, sampai Debus yang kita kenal di Madura. Sedangkan di Makassar, tarian yang menggunakan objek api dikenal dengan nama Appepe Pepe.

Appepe pepe secara harfiah berarti bermain api, yang berasal dari sebuah cerita penemuan lampu di Makassar. Menurut ceritanya, sebelum ditemukannya listrik, nenek moyang orang Makassar di Sulawesi Selatan sudah menemukan alat penerangan yang bernama lampu kanjoli. Lampu yang dibuat dari obor berbahan bambu itu, selain sebagai penerangan rumah juga untuk alat penerangan jalan kampung . Hingga masuknya agama Islam di Makasar, lampu hasil temuan itu dijadikan sebagai saranan untuk penyebarannya. Selain dimanfaatkan untuk penerangan, lampu kanjoli juga dimanfaatkan sebagai alat ritual dalam penghormatan terhadap tuhan atas anugerah yang telah diberikkan.

Pada umumnya, masyarakat kampung melakukan ritual itu untuk menyambut bulan ramadhan, menyambut lebaran, Sunatan hingga acara pernikahan. Dalam perkembangannya, ritual itu berkembang menjadi tarian appepe pepe yang artinya bermain api.


Salah Seorang penari appepe pepe - Abdul Latif – menceritakan , dulunya tarian itu kerap digunakan sebagai salah satu sarana untuk menyebarkan agama Islam. Dari sejarah peradaban Makassar, penyebaran agama Islam tidak hanya dilakukan dengan ceramah, namun bisa juga dilakukan dengan kesenian seperti tarian, lagu dan pantun.


Menurut Abdul Latif, tarian ini harus dilakukan dengan penuh kepasrahan terhadap Tuhan. Dengan begitu, penari tidak akan merasakan panasnya api saat mulai menyulut dirinya dengan obor. Tidak heran jika, jarang penari yang mengajarkan tradisi itu kepada rumpun diluar keluarganya.

Tarian ini biasanya dibawakan oleh 5 orang, yang terbagi menjadi 3 orang sebagai penari api, dan 2 lainnya menjadi penabuh rebana sambil melantunkan dzikir. Dlama rombongan penari itu, seluruhnya kaum pria. Sedangkan perempuan sangat di harapkan untuk terlibat dalam tarian Apepe pepe, karena dianggap akan membuayarkan konsentrasi. Sebelum Tarian Appepe pepe dilakukan , lima belas menit sebelumnya penari melakukan ritual khusus, seperti memanjatkan doa dzikir kepada Tuhan.

Pakaian yang digunakan penari appepe pepe berupa pakaian adat, ala kasta prajurit atau rakyat yang berwarna merah, dengan model jas tutup. Sementara celana yang digunakan berupa celana 3 perempat berwarnah hitam, dengan motif sulaman emas pada ujung celana dengan ikat pingga sarung.

Saat ini tarian appe pepe mulai kehilangan peminatnya. Jumlah kelompok penari yang mampu bertahan hingga kini hanya tersisa satu kelompok. Tarian ini, juga sudah tidak lagi menjadi ritual penyambutan. Abdul Latif mengaku, tarian ini tinggal menjadi kenangan budaya makassar tempo dulu.

Melihat kondisi itu, pemerintah kota Makassar mulai menggalakkan kembali, pagelaran seni budaya. Salah satunya memberdayakan kembali penari appepe pepe. Pemerintah berharap pemberdayaan kembali penari appepe pepe akan mengembalikan budaya makassar yang mulai memudar.

Skrip :Slamet Wiryawan
Editor: Didin Wahidin - SmartFM Network

0 comments:

Copyrights @ 2006 Perkumpulan Karyawan SmartFM - Jakarta, Indonesia
http://crew-smartfm.blogspot.com

  © Blogger template 'Ultimatum' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP