86 Jurnalis Tewas Tahun 2007
04.01.2008
Profesi Wartawan Tetap Berbahaya - 86 Jurnalis Tewas Tahun 2007
Organisasi jurnalis Wartawan Lintas Batas Rabu tanggal 2. 01. lalu mengeluarkan laporan tahunannya di Berlin mengenai wartawan dan pekerja media yang tewas atau ditangkap. Neraca laporan itu lumayan menyedihkan.
Apakah di Irak, Somalia, Cina atau Kuba, di banyak negara kehidupan wartawan tetap terancam. Sebabnya bermacam-macam, mungkin karena terjerat di antara dua kubu yang bermusuhan dalam perang saudara, atau karena mengungkapkan kenyataan yang tidak menyenangkan bagi penguasa. Menurut laporan organisasi Wartawan Lintas Batas, pelaku sekitar 90 persen dari kasus pembunuhan wartawan, tidak atau hanya secara terbatas dituntut. Ini merupakan neraca yang sangat menyedihkan, mengingat rekor buruk yang tercatat pada tahun 2007. Sedikitnya 86 wartawan dibunuh saat bertugas atau karena melakukan tugasnya. Angka ini adalah yang tertinggi sejak 1994. Demikian menurut laporan tahunan Wartawan Lintas Batas Rabu 2 Januari lalu di Berlin. Untuk kelima kalinya berturut-turut, Irak masih merupakan negara yang paling berbahaya bagi wartawan untuk tahun 2007. Katrin Evers, jurubicara organisasi tersebut mengutarakan:
Organisasi jurnalis Wartawan Lintas Batas Rabu tanggal 2. 01. lalu mengeluarkan laporan tahunannya di Berlin mengenai wartawan dan pekerja media yang tewas atau ditangkap. Neraca laporan itu lumayan menyedihkan.
Apakah di Irak, Somalia, Cina atau Kuba, di banyak negara kehidupan wartawan tetap terancam. Sebabnya bermacam-macam, mungkin karena terjerat di antara dua kubu yang bermusuhan dalam perang saudara, atau karena mengungkapkan kenyataan yang tidak menyenangkan bagi penguasa. Menurut laporan organisasi Wartawan Lintas Batas, pelaku sekitar 90 persen dari kasus pembunuhan wartawan, tidak atau hanya secara terbatas dituntut. Ini merupakan neraca yang sangat menyedihkan, mengingat rekor buruk yang tercatat pada tahun 2007. Sedikitnya 86 wartawan dibunuh saat bertugas atau karena melakukan tugasnya. Angka ini adalah yang tertinggi sejak 1994. Demikian menurut laporan tahunan Wartawan Lintas Batas Rabu 2 Januari lalu di Berlin. Untuk kelima kalinya berturut-turut, Irak masih merupakan negara yang paling berbahaya bagi wartawan untuk tahun 2007. Katrin Evers, jurubicara organisasi tersebut mengutarakan:
Wartawan Lintas Batas kembali mencatat bahwa Irak adalah negara di mana paling banyak wartawan dan pekerja media dibunuh tahun lalu. 47 wartawan tewas saat bertugas. Irak adalah negara yang paling berbahaya di dunia bagi wartawan, kemudian Somalia, di mana delapan jurnalis tewas. Di Pakistan enam pekerja media dan di Sri Lanka tiga.
Hampir semua wartawan yang tewas di Irak berasal dari negara tersebut, kecuali satu dari Rusia. Wartawan lainnya dibunuh di Eritria, Afghanistan, Haiti, Mexiko, Nepal , Turki dan Amerika Serikat. Katrin Evers menambahkan:
2007 merupakan tahun di mana paling banyak wartawan dibunuh sejak 1994. Terutama pertempuran di Irak yang memperburuk angka statistik tahun lalu. Penyebab tewasnya sekitar 100 wartawan pada tahun 1994 terutama adalah perang saudara di Ruanda, perang saudara di Aljazair dan situasi di Jugoslawia.
Statistik 2007 mengenai penculikan wartawan juga buruk. Menurut organisasi Wartawan Lintas Batas sedikitnya 67 pekerja media diculik di 15 negara. 135 jurnalis dipenjara pada pergantian tahun. Sedikitnya 887 ditahan sepanjang tahun lalu. Penjara terbesar bagi wartawan masih tetap berada di Cina dan Kuba. Kembali Katrin Evers:
Secara keseluruhan disayangkan kami harus mengatakan bahwa situasi di banyak negara akan memburuk, padahal saat ini saja sudah tidak bagus. Misalnya China. Kami mengharapkan ada perbaikan dan mereka sudah berjanji untuk itu. Tapi kenyataan sebaliknya. Terutama yang menyangkut sensor internet. Pemerintah China memperketatnya.
Sensor internet juga semakin diperketat di Burma, Suriah dan Iran. 65 dari yang dinamakan pembangkang internet ditahan di berbagai pelosok dunia. Kebebasan pers di sejumlah besar negara juga tidak diperhatikan. Wartawan yang ingin meliput dan memberitakan laporan kritis di banyak negara, masih tetap terancam bahaya besar.
© Deutsche Welle
0 comments:
Post a Comment