Oh Indonesiaku Oh Negeriku
Minggu kemarin , tepatnya hari kamis, tanggal 15 Mei sampailah kami di Negara Belanda lagi, sedikit rasa dingin menyejukkan diri kami, setelah perjalanan yag jauh dan melelahkan mengunjungi negara tercinta kami Indonesia.
Bermacam-macam pikiran masih berkecamuk, mengisi ruang benakku. Antara khayalan, kesadaran dan kenyataan, menari-nari di atas lingkaran dan putaan dunia..
Dua tahun yang lalu saat kami pulang ke Indonesia, kemarahan alam menemani liburan kami, dengan adanya gempa bumi yang mengguncang kota kami, Yogakarta, masih teringat dasyatnya alam yag marah menggelar keporak-porandan buana.
Kini setelah dua tahun berlalu , kami langkahan kaki kami ke negeri tercinta Indonesia, tuk mengunjungi sanak famili kami . Hari -hari yang menyenangkan kami isi liburan kami dengan saling berkomunikasi , bercengkrama, berileks ria dengan sanak famili, setelah dua tahun lamanya , kami tidak bersua. Bebagai cerita telah terdengar , antara riang gembira, maupun dukalara.
Bermacam-macam pikiran masih berkecamuk, mengisi ruang benakku. Antara khayalan, kesadaran dan kenyataan, menari-nari di atas lingkaran dan putaan dunia..
Dua tahun yang lalu saat kami pulang ke Indonesia, kemarahan alam menemani liburan kami, dengan adanya gempa bumi yang mengguncang kota kami, Yogakarta, masih teringat dasyatnya alam yag marah menggelar keporak-porandan buana.
Kini setelah dua tahun berlalu , kami langkahan kaki kami ke negeri tercinta Indonesia, tuk mengunjungi sanak famili kami . Hari -hari yang menyenangkan kami isi liburan kami dengan saling berkomunikasi , bercengkrama, berileks ria dengan sanak famili, setelah dua tahun lamanya , kami tidak bersua. Bebagai cerita telah terdengar , antara riang gembira, maupun dukalara.
Betapa hati ini sedih , betapa hati ini hancur melihat keadaan yang maha menyedihkan di negaraku, betapa jiwa ini marah melihat segala ketidak adilan kehidupan. Kehidupan yang harusnya dengan indah kita rasakan dan kita nikmati.
Nun jauh di sana, kulihat bocah-bocah yang masih kelaparan, nun jauh di sana ku lihat bocah -bocah yang haus akan pendidikan, nun jauh di sana, ku lihat bocah -bocah harus dengan susah payah mencari nafkah utuk menyambung hidupnya.
Adanya berita- berita bunuh diri dengan mengikut sertakan keluarga, hanya karena tak mampu memberi suapan nasi keluarganya. Adanya berita berita anak anak jalanan yang dirampas dalam kehidupan masa kecilnya, Kundengar teriakan teriakan kelaparan, kesakitan, kemarahan, dan keputusasaan dalam kehidupan.
Sementara aku lihat di sana , pihak pihak yang dengan bangga melenggang dengan keranjang mewahnya, dengan keranjang yang membuat lemak semakin menggunung, sampai mereka tak mampu menopangnya.
Sementara, di sana, kemewahan menyelimutinya, sementara kilauaan emas menemaninya.
Remuk hati ini melihat perbedaan yang sangat menonjol di negeriku, anatara miskin dan kaya, antara kenyang dan busung lapar, antara, kerja keras dan kegiatan merauk untung, antara tangisan dan tertawa yang lebar.
Sampai kapan kau akan pulih negriku, rangkulah manusiamu tuk bisa selaras dalam kehidupanmu, bicaralah agar keadilan itu menjadi mukzizat dalam kehidupan. Sedih dan sedih hati ini, dua tahun sudah aku tak melihatmu, kini kau semaki asing dari diriku, oh Indonesiaku, bagaimanakah aku harus merangkulmu, di sela sela ketidak adilan kehidupan, bagaimanakah aku harus menyapamu, diantara serpihan serpihan pilu yang semakin menggebu.
Kepada siapa aku haru berteriak menyuarakan kepedihan, ketidak -adilan, dan jeritan -jeritan kelaparan serta tangisan -tangisan kesengsaraan ini.
Oh Indonesiaku , maafkan aku, karena aku tak mampu merengkuhmu.
salam
Agustin Schrader - Den Hoorn
0 comments:
Post a Comment