SEARCH PKS post

11/30/2007

"Merintis Gerakan Aktif Tanpa Kekerasan"

Gerakan Aktif Tanpa Kekerasan Indonesia - Wilayah Jakarta
mengundang Anda untuk hadir dalam

Seminar "Merintis Gerakan Aktif Tanpa Kekerasan"

yang diadakan:

Sabtu, 8 Desember 2007
pk. 09.00-13.00

Di Jakarta Media Center, Gedung Dewan Pers, Jl. Kebon Sirih 1st floor

Jl. Kebon Sirih No. 32-34 Jakarta Pusat 10110


Pembicara:

Bony Hargens (pengamat politik)

F. Budi Hardiman (penulis, dosen STF Driyarkara)

Tri Kuncoro Yekti (Fasilitator Nasional GATKI Jakarta)


Seminar ini diselenggarakan oleh Gerakan Aktif Tanpa Kekerasan Indonesia (GATKI) Jakarta untuk memperingati hari HAM se-dunia (10 Desember 2007) dan mengkampanyekan gerakan aktif tanpa kekerasan untuk melawan kekerasan dan ketidakadilan di Indonesia.
Seminar ini terbuka untuk umum dan tidak memungut uang kontribusi (gratis).
Ajak kerabat dan sahabat Anda menghadirinya, dan sebarkan undangan ini via jaringan e-mail Anda.


Informasi/konfirmasi kehadiran:

Sakura Indah Sari 08159918802 (koordinator)
Jil Helga 08567370515 (sekretariat)

Terima kasih.

Read More......

11/29/2007

Nikmatilah Kopinya ...Bukan Cangkirnya !

Sekelompok alumni University California of Bekeley yang telah mapan dalam karir masing-masing berkumpul dan mendatangi professor kampus mereka yang telah tua.
Percakapan segera terjadi dan mengarah pada komplain tentang stress di pekerjaan dan kehidupan mereka.

Menawari tamu-tamunya kopi, professor pergi ke dapur dan kembali dengan poci besar berisi kopi dan cangkir berbagai jenis.
Dari porselin, plastik, gelas, kristal, gelas biasa, beberapa diantara gelas mahal dan beberapa lainnya sangat indah.

Dan mengatakan pada para mantan mahasiswanya untuk menuang sendiri kopinya.

Setelah semua mahasiswanya mendapat secangkir kopi di tangan, professor itu mengatakan :

"Jika kalian perhatikan, semua cangkir yang indah dan mahal telah diambil, yang tertinggal hanyalah gelas biasa dan yang murah saja.

Meskipun normal bagi kalian untuk mengingini hanya yang terbaik bagi diri kalian, tapi sebenarnya itulah yang menjadi sumber masalah dan stress yang kalian alami."

"Pastikan bahwa cangkir itu sendiri tidak mempengaruhi kualitas kopi.
Dalam banyak kasus, itu hanya lebih mahal dan dalam beberapa kasus bahkan menyembunyikan apa yang kita minum.
Apa yang kalian inginkan sebenarnya adalah kopi, bukanlah cangkirnya, namun kalian secara sadar mengambil cangkir terbaik dan kemudian mulai memperhatikan cangkir orang lain."

"Sekarang perhatikan hal ini :
Kehidupan bagai kopi, sedangkan pekerjaan, uang dan posisi dalam masyarakat adalah cangkirnya.
Cangkir bagaikan alat untuk memegang dan mengisi kehidupan.
Jenis cangkir yang kita miliki tidak mendefinisikan atau juga mengganti kualitas kehidupan yang kita hidupi.
Seringkali, karena berkonsentrasi hanya pada cangkir, kita gagal untuk menikmati kopi yang Tuhan sediakan bagi kita."

Tuhan memasak dan membuat kopi, bukan cangkirnya.
Jadi nikmatilah kopinya, bukan cangkirnya.

Sadarilah jika kehidupan anda itu lebih penting dibanding pekerjaan anda.
Jika pekerjaan anda membatasi diri anda dan mengendalikan hidup anda, anda menjadi orang yang mudah diserang dan rapuh akibat perubahan keadaan.

Pekerjaan akan datang dan pergi, namun itu seharusnya tidak merubah diri anda sebagai manusia.
Pastikan anda membuat tabungan kesuksesan dalam kehidupan selain dari pekerjaan anda.

...dari sebuah milis...

Read More......

11/28/2007

H e L i W a y

Read More......

11/26/2007

Undangan Pertemuan Kordinator Simpul

Setelah tertunda sejak minggu lalu, bersama ini pengurus mengundang rekan-rekan Kordinator Simpul Divisi SP PKS, untuk hadir pada pertemuan koordinasi pada :

Hari/tgl :
Jum'at/30 November 2007

Jam:
3 Sore

Tempat:
Ruang Meeting

Undangan tertulis akan disampaikan menyusul.
Thanks

Salam

Read More......

Tanam dan Pelihara Sepuluh Juta Pohon



KEARIFAN LOKAL PEREMPUAN INDONESIA DALAM PERUBAHAN IKLIM GLOBAL

Jangan hentikan email ini demi Indonesia yang hijau !!!

AYO TANAM DAN PELIHARA 10 JUTA POHON

Rekan-rekan,
Perempuan Indonesia mengadakan GERAKAN TANAM DAN PELIHARA 10 JUTA POHON di seluruh Indonesia dalam rangka antisipasi dan pengurangan pemanasan global. Selain merupakan ibadah, tanam pohon juga bermanfaat bagi Anak dan Cucu Anda !
Siapakah Para Perempuan Indonesia?

- Solidaritas Isteri Kabinet Indonesia (SIKIB)
- Kongres Wanita Indonesia (KOWANI)
- Dharma Pertiwi
- Dharma Wanita
- Tim Penggerak PKK
- Aliansi Perempuan untuk Pembangunan Berkelanjutan (APPB)
- Bhayangkari
- Panitia Hari Ibu ke-79 Tahun 2007

Kapan menanamnya ?
Sabtu, 1 Desember 2007.

Pukul Berapa ?
Pukul (08.00 WIB, 09.00 WITA, 10.00 WIT)

Tanam di mana ?
- Di rumah
- Di kantor
- Di Pabrik
- Lingkungan sekitar Anda (Sekolah, Rumah Sakit, dll)

Dari mana bibitnya ?
- Bisa diminta dari Balai DAS (Daerah Aliran Sungai) di kota Anda
- Bisa juga, dengan sukarela membeli bibit sendiri

Jenis Tanaman?
- Tanaman berguna
- Tanaman buah

Apa yang bisa dibantu ?
- Kirimkan email ini ke rekan Anda di seluruh Indonesia
- Cc-kan setiap email yang anda kirim ke tanamdanpelihara@veloxxe.com

Info selengkapnya ?
- AM. Putut Prabantoro atau M. Rijalul Fikri
- via email ke tanamdanpelihara@veloxxe.com

Read More......

11/23/2007

Festival Seni & Teknologi Anak Jalanan 2007

Jakarta, 21 November 2007
Kepada Yth.
Rekan-rekan Wartawan
Di tempat.

Perihal : Undangan Liputan

Dengan Hormat,
Pada tanggal 2 Desember 2007, KKS melati akan menyelenggarakan Festival Seni dan Teknologi Anak Jalanan 2007 sebagai salah satu cara KKS melati untuk mendekatkan akses dan kesempatan kepada anak-anak jalanan untuk dapat berkompetisi secara aktif dan positif dalam mengembangkan minat dan kemampuan di bidang seni dan teknologi.

Selain sebagai ajang mempromosikan kegiatan seni dan pembelajaran tehnologi informasi yang dilakukan di rumah singgah, kegiatan ini juga ditujukan untuk mendorong anak-anak jalanan agar bernaung untuk beraktivitas di rumah singgah.

Seperti yang kita ketahui, DKI Jakarta telah mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) tentang Ketertiban Umum yang melarang masyarakat memberikan uang kepada pengemis dan anak jalanan yang berkeliaran di perempatan lampu merah maupun pasar. Padahal sampai saat ini Perda lain yang dibuat untuk memberikan pelatihan dan penanganan kepada anak jalanan belum lagi dikeluarkan. Festival ini diharapkan bisa menjadi ajang unjuk diri dan unjuk gigi dari anak-anak jalanan di rumah singgah sehingga diharapkan bibit-bibit unggul di bidang seni dan teknologi bisa mendapatkan ruang ekspresi dan apresiasi serta mendapat perhatian dari pemerintah maupun audiens yang memiliki jaringan seni serta membuka kesempatan dan lapangan pekerjaan bagi mereka.

Selain kegiatan festival seni berupa perpaduan unsur tari, musik dan drama, dalam acara ini juga akan digelar pameran seni dan teknologi yang menampilkan hasil karya seni dan teknologi yang dibuat oleh anak-anak jalanan dari rumah singgah di DKI.

Guna mempublikasikan kegiatan Festival Seni & Teknologi Anak Jalanan (FSTAJ) 2007 yang bertema : Unjuk Diri, Unjuk Gigi!, KKS melati mengundang rekan-rekan wartawan untuk hadir meliput kegiatan ini, pada :

Hari/tanggal :
Minggu, 2 Desember 2007

Pukul :
09.00 - 17.00 WIB

Lokasi :
SMPN 71,
Jl. Rawasari Timur, Kompleks Perkantoran Rawa Kebo no. 12
Cempaka Putih - Jakarta Pusat

Kehadiran dan partisipasi rekan-rekan untuk meliput acara ini akan sangat bermanfaat dalam mengapresiasi kemampuan seni dan teknologi yang dimiliki anak-anak jalanan.

Untuk informasi, silakan hubungi:
Ajeng Zahra
HP. 0818999798
Email: sundayniy@yahoo. com

Atas perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.
Salam

Read More......

11/19/2007

Debat Publik PKB Versi AJI

AJI Indonesia bekerjasama dengan Canadian Catholic Organization for Development & Peace,
jam 10 pagi tadi hingga jam 12 siang ini mengadakan
Debat Publik Perjanjian Kerja Bersama (PKB) versi AJI.

Acara ini berlangsung di Jakarta Media Centre, Jakarta dan dibuka oleh SekJen Aji Indonesia-Abdul Manan.

Pada acara ini Ketua Perkumpulan Karyawan SmartFM Jakarta - Jay Waluyo tampil sebagai pembicara sekaligus mempresentasikan draft PKB versi AJI, bersama Setriyarsa - Wakil Ketua SP Tempo.
Menghadirkan pula Penanggap dari Media Tempo: Retno Effendi dengan moderator Misbach Gasma.

Read More......

11/13/2007

Surono, Hidup dengan Gunung Api

Gunung api adalah salah satu elemen penting dalam pergulatan hidup Surono. Sebagai ilmuwan, pengamat, sekaligus pejabat publik, pergulatan itu dimaknai secara intens, tekun, dalam hubungan resiprokal, harmonis, sekaligus tidak konyol. "Saya siap hidup untuk menghadapi letusan gunung api," katanya.
Sebagai Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Surono adalah orang yang paling bertanggung jawab dalam telaah kondisi kegunungapian di Tanah Air.
Maka, ketika sejumlah gunung api di Jawa dan Sulawesi—mulai dari Kelud, anak Krakatau, Guntur, hingga Soputan—menunjukkan peningkatan aktivitas, ia menjadi sosok sentral, terutama dalam penentuan status gunung-gunung itu. Hal itu sungguh tidak main-main karena menentukan mitigasi dan penyelamatan masyarakat sekitar gunung dari kemungkinan dampak letusan.


Mulai Oktober lalu dia "memindahkan" sementara kantor sekaligus rumahnya di Bandung ke Pos Pengamatan Gunung Api Kelud di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kediri, Jawa Timur, 7 kilometer dari puncak Gunung Kelud. Bersama sejumlah peneliti PVMBG, Surono memantau secara langsung perkembangan aktivitas Kelud detik per detik sepanjang hari, nyaris tanpa jeda. Di sela-sela itu, ia terbang ke kantornya di Bandung, melihat dari lebih dekat kondisi anak Krakatau dan Guntur.
"Mau dibilang capai ya capai, tidak ya tidak. Ini sudah tugas saya. Pemimpin itu arsitek dari semua unsur. Harus tahu proses, turun ke lapangan, tidak di belakang meja. Kesalahan penentuan status akan fatal akibatnya," kata Surono di sebuah rumah makan di Kota Kediri, Senin (5/11) malam.
Tempat pertemuan yang berjarak sekitar 35 kilometer arah barat laut Gunung Kelud itu ditentukan Surono sendiri semata-mata demi keselamatan. Itu sesuai dengan prinsip mitigasi yang dipegangnya, tidak ada toleransi apa pun demi keselamatan bersama (zero tolerance for a save life).
Keselamatan segala-galanya
Mitigasi demi keselamatan masyarakat luas itu harus ditempatkan di atas segala-galanya, termasuk keperluan riset pengetahuan, juga publisitas media. Namun, justru hal itu yang mengentakkan kesadaran sekaligus menimbulkan keprihatinan mendalam pada diri Surono. Ia mengaku sedih dan nelangsa karena acapkali masyarakat dan unsur pemerintah kurang memahaminya secara utuh.
Pertengahan Oktober lalu, misalnya, saat tiba-tiba Kelud mengalami krisis pascapenentuan status awas, dia mendapati sejumlah pekerja media masih berada di Pos Pengamatan Kelud di Sugihwaras. Ia langsung mengusir mereka dari pos. Maksudnya jelas, supaya mereka turun menyelamatkan diri dari kemungkinan letusan Kelud, yang menurut dia saat itu, akan terjadi dalam beberapa saat.
"Saya saat itu marah. Sebagian rekan-rekan Anda itu mengira saya main-main, atau semata-mata tidak mengizinkan mereka ke pos pengamatan. Jangankan mereka, saya pun membawa seluruh anak buah saya turun demi keselamatan kok," kata Surono dengan mimik muka serius.
Surono mengkritik liputan media yang tidak mendidik dan sembrono tentang Kelud. Misalnya, ketika ada liputan tentang kondisi sekitar danau kawah dari jarak dekat, padahal pihaknya sudah merekomendasikan ke pemerintah daerah setempat untuk melarang siapa pun mendekat ke kawasan itu.
Hal semacam itu, menurut Surono, adalah hal yang naif dan tidak bagus untuk pendidikan mitigasi bagi masyarakat luas. Apalagi sebelumnya ada dua pekerja media yang sempat pingsan menghirup gas beracun dari danau kawah Kelud.
Dari ratusan gunung di Indonesia, Gunung Galunggung dan Kelud merupakan dua gunung yang spesial bagi Surono. Kunjungannya ke Galunggung mengantar seorang profesor dari Amerika Serikat pada tahun 1982 membuatnya tertarik menekuni kegunungapian. Padahal, dia adalah seorang sarjana fisika dari Institut Teknologi Bandung. Itu di luar tren karena sebagian rekannya memilih bekerja di perusahaan minyak.
Sekali lagi, panggilan jiwa untuk berbuat sesuatu yang lebih berguna untuk orang lain lebih kuat menarik dirinya. Tahun itu juga ia diterima bekerja di lingkungan PVMBG (dulu Direktorat Vulkanologi). Ia pernah menjadi Kepala Subdirektorat Mitigasi Bencana Geologi, sebelum ditunjuk sebagai Kepala PVMBG pada tahun 2006.
Kelud selalu memberikan pelajaran-pelajaran baru bagi dirinya. Tesisnya pertengahan tahun 1990-an yang spesifik tentang penciptaan instrumen kondisi Kelud secara akustik diilhami dari peristiwa letusan gunung itu tahun 1990. Dan, termutakhir, tentu saja munculnya kubah lava baru di tengah danau kawah dan berubahnya sifat ekspolisivitas (selalu meletus dengan daya ledak dahsyat) gunung itu menjadi efusif atau meletus secara perlahan.
Ketakjuban Surono memuncak saat menyaksikan dua peristiwa itu secara langsung. Diceritakannya, ketika Kelud mengalami krisis kedua tanggal 3 November, yang ditandai dengan naiknya suhu air danau kawah mencapai 77 derajat Celsius dan gempa tremor melebihi skala yang dipakai (overscale), dia yakin akan ada letusan dahsyat di Kelud.
Maka, sekitar pukul 16.00 dia membawa semua peralatan dan anak buahnya turun dari pos pengamatan di Sugihwaras ke Kantor Kepolisian Sektor Ngancar, 15 km dari puncak Kelud. Namun, menjelang pukul 18.40, semua alat di sekitar kawah masih mengirimkan sinyal. Itu tandanya tidak ada kerusakan dengan alat-alat itu, menandakan tidak ada letusan besar. Ia semakin diliputi rasa penasaran dan memilih tidak tidur malam itu.
Sejarah baru
Pada Minggu (4/11) dini hari, sekitar pukul 02.00 ia mengajak anak buahnya kembali ke pos pengamatan. Ia mengamati puncak Kelud menggunakan kamera inframerah. Dirasakan adanya anomali panas.
Pukul 04.00 terlihat ada asap hitam menuju ke arah utara. Gunung Kelud tidak pernah melepaskan asap ketika meletus. Rasa penasaran itu akhirnya terjawab ketika pada pukul 08.00 kamera closed circuit television (CCTV) mengabadikan adanya asap tebal berwarna putih dan material padat mengambang di permukaan danau kawah.
"Ini sejarah baru bagi Kelud. Efusivitas Kelud belum pernah terjadi sebelumnya. Catatan dunia tentang Kelud sebagai gunung dengan danau kawah mungkin saja terhapus. Bahkan, dimungkinkan bentuk Kelud akan kembali ke bentuknya 2.200 tahun silam, yakni strato mengerucut ke atas," kata Surono.
Akan tetapi, Surono menegaskan, aktivitas lanjutan Kelud harus tetap diwaspadai dengan dua skenario utama, yakni aktivitas gunung itu akan melemah dan kembali normal akibat tekanan gas yang semakin berkurang volume dan kekuatannya. Atau sebaliknya, akan terjadi letusan besar, bahkan dengan kemungkinan disertai awan panas, lontaran material pijar, serta abu dan debu vulkanik. Kemungkinan-kemungkinan itu masih sama besar karena gempa tremor masih terus terjadi secara fluktuatif. Status awas pun masih dipertahankan.
"Gunung api itu penuh dengan anomali. Proses saat ini tidak harus sama dengan masa lalu. Hasilnya juga tidak selalu sama. Jadi, episode Kelud ini belum akan berakhir," kata Surono.

BENNY DWI KOESTANTO dan IWAN SETYAWAN/KOMPAS

Read More......

11/07/2007

Tarian Kehidupan Gandrung Temu

Tarian Gandrung Temu adalah tarian kehidupan. Setiap geraknya adalah riwayat. Panggungnya keseharian, di mana musim panen dan paceklik adalah dua musim yang satu dan garisnya abu-abu.
Temu Mesti adalah penari Gandrung terkemuka di Banyuwangi, Jawa Timur. Meski usianya 53 tahun, posisinya dalam kesenian tradisional Banyuwangi itu belum tergeser oleh para penari muda. Tinggi badannya sekitar 170 cm, berperawakan sedang. Suaranya yang melengking jernih masih belum tertandingi.
Namun, seperti banyak seniman tradisional, hidupnya jauh dari gemerlap. Rumahnya di Dusun Kedaleman, Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, berukuran 7 x 12 meter persegi, dengan perabotan apa adanya. Itulah hasil keringatnya selama lebih dari 35 tahun menari Gandrung.

Pada masa jayanya, ia hanya sempat tidur di rumah tiga-empat hari dalam sebulan. Sekarang, pesanan pentas sekali seminggu saja sudah sangat bagus. "Banyak tontonan yang bisa dipilih orang hajatan dengan honor bersaing, seperti dangdut," kata Temu.
Setiap pentas ia dan kelompoknya menerima Rp 1,5 juta. Setelah dibagi-bagi, ia mendapat honor bersih Rp 250.000. "Dulu penarinya cuma satu. Jadi honornya untuk sendiri," katanya. Mulai tahun 1995-an ada tiga-empat gandrung yang menari.
Temu ditemui suatu petang setelah kampanye pemilihan kepala desa. Suaranya yang mengalun lewat pengeras suara dari truk yang berjalan mengelilingi desa masih terngiang. Temu duduk di bawah dengan pakaian sehari-hari, tersembunyi di antara sosok lima penari Gandrung muda yang berdiri di badan truk mengumbar senyum. Kerja dua jam pesanan dari salah satu calon kepala desa itu honornya Rp 60.000. "Lumayan," ucapnya.
Kata "lumayan" itu bukan basa-basi. Setiap rupiah adalah nafas, terutama menjelang bulan-bulan sepi pesanan, dan ia harus membuat rempeyek teri, kedelai, dan kacang tanah untuk menyambung hidup. "Bulan puasa, Maulud dan Suro, enggak ada orang hajatan di sini," lanjut Temu.

Pelanggaran
Bagi Temu, hidup adalah berkesenian. Gandrung membuatnya menggandrungi hidup, seberat apa pun jalannya. Kibasan sampur Gandrung seperti mengibaskan ketaktertanggungan masalah. Karena itu, meski menyandarkan hidup pada Gandrung, uang bukan segalanya. Seperti paradoks. Ia mempertaruhkan hidupnya di situ, sekaligus tak kenal kompetisi: Gandrung lebih penting ketimbang dirinya.
Sikap itu tanpa disadari menjadikannya "mangsa" bisnis kesenian dan kebudayaan yang jaring-jaringnya melampaui batas desa, bahkan wilayah negara. Temu, yang tidak pernah menyelesaikan pendidikan Sekolah Rakyat itu, tidak tahu bahwa ia tergulung ke dalam gelombang pasar bebas, di mana multikulturalisme dimaknai tak lebih sebagai komoditi, minus penghargaan pada hak kekayaan intelektual. Suatu pelanggaran yang banal.
Suara Temu menjadi bagian eksotisme "Timur" yang terus direproduksi dan secara bisnis memberikan keuntungan besar.
Farida Indriastuti, kontributor lepas kantor berita Italia yang melakukan penelitian tentang multikulturalisme—diselenggarakan oleh Srinthil, majalah perempuan multikultural—menemukan, CD Temu "Songs Before Dawn" (Lagu Menjelang Fajar) dijual di AS antara 15 dollar-18 dollar AS, di Eropa sekitar 20 euro per keping.
Nilai jualnya di satu online lebih dari 12.000 keping. Padahal lebih dari 10 online menjual reproduksi suaranya. Pertengahan Juli 1992, Amazon.com AS mencatat penjualan "Songs Before Dawn" sebanyak 284.999 copy dalam 24 jam. Foto Temu menari ditaruh di sampul belakang CD, sementara sampul depannya berhias penari Gandrung lain dari Banyuwangi. Hak ciptanya dipegang suatu lembaga pendidikan terkemuka di AS. Nama Temu tak disebut sama sekali di situ.
Temu hanya tahu pernah ada orang asing yang merekam gambar dan suaranya, katanya, untuk proyek kebudayaan Indonesia. Lama rekamannya 10 jam, dengan upah Rp 60.000 atau Rp 6.000 per jam, dan Rp 25.000 per orang atau Rp 2.500 per jam untuk enam panjak (nayaga). Katanya, rekaman itu bukan untuk keperluan komersial.
Di tingkat lokal pun sama saja. Suara emasnya sudah menghasilkan enam album Gandrung dan satu album versi Jaipong untuk karaoke. Honornya dihitung per paket, antara Rp 1 juta sampai Rp 1,5 juta, tak tergantung berapa keping CD atau kaset yang terjual. Menurut penyelidikan Farida, VCD Temu pernah terjual 10.000 keping sehari.
Pada 1999 Temu dihubungi pejabat setempat untuk pentas ke Jakarta, tetapi lalu diganti orang lain, tanpa pemberitahuan. Karena itu, ia menolak ketika ditawari berangkat ke Kalimantan Timur beberapa waktu lalu.
Suatu hari, seorang pejabat memberi tahu, Temu mendapat penghargaan internasional. Ternyata penghargaan itu dari Dinas Pariwisata bekerja sama dengan Pendidikan Seni Nusantara (PNN). Gambar dari sertifikat "internasional" itu dibingkai kayu murahan berupa fotokopi sampul rekaman VCD dari proyek kesenian rakyat lembaga filantrofi internasional yang merekam suara dan tarian Temu bertahun-tahun lalu itu.
"Lha saya bisa apa?" itu jawabnya ketika ditanya bagaimana ia menyikapi semua itu. "Saya kembalikan saja pada Yang Punya Hidup."
Sejak tahun 1980 Temu hidup sendiri. "Malas nggodok wedang. Capek," katanya.
Dua perkawinannya gagal, tanpa anak. Sekarang ia mengasuh cucu keponakan dan merawat kakak ibunya "Enak sih punya suami. Tapi daripada sakit gigi, he-he-he…."

Jalan Hidup
Sejarah hidup Temu sebagai penari Gandrung kental diwarnai tradisi. Waktu kecil, ceritanya, ia sakit-sakitan, tak mau makan. Orangtua membawanya kepada seorang dukun bernama Mbah Kar untuk di-suwuk.
Sepulang dari situ, Temu kecil tiba-tiba minta makan. Ibunya membawa dia ke rumah juragan Gandrung bernama Mbah Ti’ah. Di situ Temu makan sangat lahap. Lalu Mbah Ti’ah mengatakan, "Jadikan dia gandrung kalau sudah besar."
Sejak itu, Temu kecil mulai suka menari. Darah seni sebenarnya mengalir dari garis ayahnya. Sang ayah adalah penari ludruk. Kakeknya ahli mocoan lontar. Meski awalnya tak mau jadi penari Gandrung, Temu mulai naik pentas pada usia 15 tahun. Tahun 1969 itu penari Gandrung perempuan berada di puncak kejayaan. Gandrung Banyuwangi didominasi penari laki-laki sampai tahun 1950-an.
"Mula-mula takut," kenangnya.
Tak lebih dari setahun, Temu menapak jenjang sri panggung. Honornya jauh di atas penari-penari seniornya. Lirik lagu ciptaannya mengena dan sering menohok persoalan yang dihadapi penonton.
Temu mengaku tak pernah baca mantra sebelum pentas. "Kalau pakai itu, cuma bertahan sebentar," katanya. Untuk menjaga kualitas suara, ia tak makan pedas dan gorengan, dan mempertahankan syarat utama: menahan kencing semalaman atau sekitar sembilan jam!
Seandainya dilahirkan kembali, apakah ia mau meniti jalan yang sama, sebagai penari Gandrung? Jawab Temu, "Saya mau tidur pada waktunya orang tidur. Bukan teriak-teriak nyanyi dan pencilatan menari…."

Penulis: Maria Hartiningsih

Read More......

11/06/2007

Berita Bahagia

Selamat atas kelahiran seorang putra dari rekan SmartFM Jakarta,
Lilik (Divisi Operator) & Ratna Juwita,
yang diberi nama :

"RAVI AULIARACHMAN"

pada tgl 31 Oktober 2007 Pk.20.30 wib

Read More......

11/04/2007

Microsoft Bloopers

MAGIC #1

An Indian discovered that nobody can create a FOLDER anywhere on the Computer which can be named as "CON". This is something pretty Cool...and Unbelievable. ...
At Microsoft the whole Team, couldn't answer why this happened!

TRY IT NOW ,IT WILL NOT CREATE " CON " FOLDER


MAGIC #2

For those of you using Windows, do the following:

1.) Open an empty notepad file
2.) Type "Bush hid the facts" (without the quotes)
3.) Save it as whatever you want.
4.) Close it, and re-open it.

is it just a really weird bug? :-??


MAGIC #3

Microsoft crazy facts

This is something pretty cool and neat...and unbelievable. ..
At Microsoft the whole Team, including Bill Gates, couldn't answer why this happened!

It was discovered by a Brazilian. Try it out yourself...

Open Microsoft Word and type

=rand (200, 99)

And then press ENTER
Then see the magic....... ......... ......... ......

Read More......
Copyrights @ 2006 Perkumpulan Karyawan SmartFM - Jakarta, Indonesia
http://crew-smartfm.blogspot.com

  © Blogger template 'Ultimatum' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP