SEARCH PKS post

2/28/2007

Pernyataan Sikap AJI Jakarta

Perihal : Siaran Pers
Nomor : 01/SP.Adv/AJI. Jkt/2007
Keterangan : Untuk Disiarkan Segera

Pernyataan Sikap AJI Jakarta atas Meninggalnya Juru Kamera Suherman dan Muhammad Guntur dalam Peliputan KM Levina I

Perusahaan Pers Harus Membuat Standar Keselamatan Jurnalis

Pada Minggu, 25 Februari 2007, sebuah peristiwa naas menimpa jurnalis yang sedang meliput proses penyelidikan kapal KM Levina I, di lepas pantai Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat. Dua orang jurnalis dan dua petugas Pusat Laboratorium Forensik Mabes Polri tewas tenggelam bersama bangkai kapal.

Dua orang jurnalis yang tewas adalah juru kamera Lativi, Suherman, dan juru kamera SCTV, Muhammad Guntur. Suherman diduga tewas karena asmanya kambuh ketika tenggelam bersama kapal Levina I, sedang Guntur diduga tewas akibat tidak bisa berenang. Kedua juru kamera itu tenggelam membawa kamera seberat 20 kg milik kantor mereka.

Kejadian ini, menurut AJI Jakarta, merupakan bentuk kelalaian dari perusahaan pers dalam mempekerjakan kedua jurnalis pemberani tersebut. Tanpa kemampuan berenang, dan tanpa mengenakan pelampung, keduanya menerima perintah dari kantor untuk meliput di tengah laut. Dengan bekal peralatan yang hanya untuk cocok untuk kondisi normal, kedua jurnalis itu dengan gagah berani bertaruh nyawa mendapatkan berita demi perusahaan persnya.

Ke depan, AJI Jakarta memandang setiap perusahaan media, khususnya media elektronik, perlu memberikan pelatihan dan briefing bagi jurnalisnya sebelum meliput peristiwa yang tergolong rentan terhadap bahaya seperti yang dialami oleh para jurnalis yang meliput KM Levina I tersebut. Bukan tidak mungkin, di negeri yang penuh bencana alam dan kecelakaan transportasi ini, peristiwa serupa akan menimpa pekerja pers lagi. Setiap perusahaan pers harus membekali jurnalisnya dengan pengetahuan dan peralatan yang terkait dengan keselamatan jurnalis.

Selain itu, sebagai organisasi jurnalis yang aktif memperjuangkan kesejahteraan pekerja pers, AJI Jakarta juga mendesak perlunya perlindungan asuransi bagi jurnalis dalam bekerja. Jangan sampai, jurnalis yang telah mengorbankan nyawanya saat bekerja, meninggalkan keluarganya dalam keadaan nestapa.

Lebih jauh, AJI Jakarta menyatakan sikap sebagai berikut:

-Mendesak setiap perusahaan pers untuk membuat dan melaksanakan standar keselamatan jurnalis dalam meliput di daerah yang rentan terhadap bahaya.
-Mendesak setiap perusahaan pers membekali para jurnalisnya dengan pengetahuan tentang keselamatan jurnalis sebelum meliput peristiwa di daerah berbahaya.
-Mendesak setiap perusahaan pers membekali para jurnalisnya dengan perangkat keselamatan yang memadai sebelum meliput daerah berbahaya;
-Mendesak setiap perusahaan pers memiliki program asuransi yang melingkupi klausul tentang kecelakaan dalam bekerja;
-Menyerukan para jurnalis untuk memerhatikan aspek keselamatan ketika menjalankan pekerjaan.


Demikian.
Jakarta, 27 Februari 2007

Umar Idris
Jajang Jamaludin

Koordinator Divisi Advokasi
Ketua AJI Jakarta

Read More......

Bela-sungkawa

Segenap Crew Smart FM Network
menyampaikan turut berbelasungkawa
atas berpulangnya rekan juru kamera SCTV
Mochammad Guntur Syaifullah
Tuhan YME menguatkan keluarga yang ditinggalkan
Amin

Read More......

2/26/2007

AJI soal Musibah Meninggalnya Wartawan di KM Levina

ALIANSI JURNALIS INDEPENDEN

Nomor : 008/AJI-Adv/ Sikap/II/ 2007
Perihal : Surat Duka Cita – Untuk Disiarkan

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia menyampaikan rasa duka cita mendalam atas musibah yang menimpa dua jurnalis televisi saat menjalankan tugas jurnalistiknya.

Suherman (31), kameramen Lativi, ditemukan meninggal dunia, dan Muhammad Guntur (36), kameraman SCTV, dinyatakan hilang dan sedang dalam pencarian. Keduanya adalah dua dari 18 jurnalis yang sedang bertugas meliput penyelidikan terbakarnya kapal motor Levina I di perairan Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat, 25 Februari 2007, bersama tim Pusat Laboratorium Forensik Mabes Polri dan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Selain kedua jurnalis tadi, dua anggota kepolisian dan anggota KNKT masih dinyatakan hilang, serta Bima Marzuki dari RCTI, sedang menjalani perawatan medis.

AJI mengingatkan sesama jurnalis, dalam profesi mencari informasi bagi publik, keselamatan kerja merupakan hal yang tidak bisa diabaikan. Untuk itu, sangat penting bagi semua pihak, baik pemerintah dan perusahaan media, senantiasa memastikan keselamatan jurnalis saat memberikan tugas liputan, terutama di lingkungan yang berbahaya (hostile environment) .

AJI meminta agar perusahaan media yang mempekerjakan para jurnalis yang terkena musibah untuk bertanggung jawab dan memenuhi hak-hak normatif karyawan, kepada yang meninggal, hilang, maupun yang masih dirawat.

AJI mengingatkan semua perusahaan pers di Indonesia -baik televisi, radio, cetak, dan online- agar memberikan perlindungan penuh bagi jurnalis yang ditugaskan ke wilayah berbahaya, melengkap i jurnalis perlengkapan kerja yang memadai, serta membekali jurnalis dengan pengetahuan dan pelatihan tentang keselamatan kerja. Itu semua sesuai standar Internationa l\n Code of Practice for the Safe Conduct of Journalism yang telah disusun oleh International Federation of Journalists (IFJ), organisasi jurnalis dunia dimana AJI menjadi anggotanya.

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia juga meminta seluruh anggota AJI dimanapun untuk menunjukkan solidaritas profesi, memberikan bantuan yang diperlukan bagi keluarga dan rekan yang terkena musibah.


Heru Hendratmoko
Ketua Umum

Eko Maryadi
Koordinator Divisi Advokasi

Read More......

Kronologi Tenggelamnya KM Levina I

Berikut ini kronologi yang disampaikan Menteri Perhubungan Hatta Rajasa:

Sabtu, 24 Februari 2007 pukul 01.00 WIB
KM Levina I ditarik menuju arah Muara Gembong sebagai upaya terakhir pengamanan. Setengah jam kemudian, dilakukan pengisihan air balance untuk keseimbangan kapal.

"Ini dilakukan untuk mengamankan adanya pelayaran yang masuk ke Tanjung Priok," kata Hatta Rajasa dalam jumpa Pers di Pondok Dayung Polair Polda Metro Jaya, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (26/2/2007).

Pukul 18.00 WIB, KM Levina I tiba di perairan Muara Gembong dengan pengawalan kapal TNI KRI Kobra dan KRI Pulo Kayu. Karena kapal dalam keadaan miring, diupayakan untuk ditegakkan kembali.

Pukul 18.15 WIB, tim penyidik Puslabfor Mabes Polri dengan menggunakan kapal Polair 3008 melakukan pengamatan apakah sudah bisa dilakukan olah TKP atau belum. "Selanjutnya dilakukan pemadaman adanya sumber api," ujar Menhub.

Minggu 25 Februari 2007 pukul 11.00 WIB
Penyidik Puslabfor melakukan koordinasi di Markas Polair Pondok Dayung Polair, Tanjung Priok. Pukul 11.30 WIB, Pemberangkatan tim termasuk wartawan dengan menggunakan 3 buah kapal Polair dengan nomor lampung 3201, 3102 dan 3308 yang diawali briefing tentang prosedur keselamatan dan pembagian baju pelampung.

"Khusus wartawan, diberikan briefing terkait dengan daerah yang tidak boleh didatangi sehubungan dengan kegiatan olah TKP," tukas Hatta.

Pukul 12.00 WIB, tiba di tempat dan langsung olah TKP. Pukul 13.30 WIB, KM Levina I tenggelam. Pada saat itu yang ikut dalam olah di TKP ada 10 orang Puslabfor, namun hingga kini 2 orang belum ditemukan sedangkan sisanya selamat.

Sedangkan wartawan yang ikut dalam rombongan yaitu wartawan RCTI 2 orang, Anteve 2 orang, SCTV 3 orang, Lativi 2 orang, Elshinta 1 orang dan Indosiar 2 orang.

Source:Detikcom 26/02/07

Read More......

Kami Berduka

.....menyampaikan berbelasungkawa atas korban jiwa tenggelamnya KM Levina I.....
Termasuk juga atas meninggalnya rekan kami wartawan Lativi
almarhum Suherman.
Untuk rekan yang sakit dan kritis, kami doakan agar cepat sembuh.
Untuk rekan kami yang hilang, wartawan SCTV, Mohammad Guntur
kami panjatkan doa agar Tuhan memberikan kepastian nasibmu.
-Kami turut berduka-

Read More......

2/23/2007

Semua Terjadi Karena Suatu Alasan

Semua dimulai dari impianku. Aku ingin menjadi astronot. Aku ingin terbang ke luar angkasa. Tetapi aku tidak memiliki sesuatu yang tepat. Aku tidak memiliki gelar. Dan aku bukan seorang pilot. Namun, sesuatu pun terjadilah.

Gedung Putih mengumumkan mencari warga biasa untuk ikut dalam penerbangan 51-L pesawat ulang-alik Challanger. Dan warga itu adalah seorang guru. Aku warga biasa, dan aku seorang guru. Hari itu juga aku mengirimkan surat lamaran ke Washington . Setiap hari aku berlari ke kotak pos. Akhirnya datanglah amplop resmi berlogo NASA. Doaku terkabulkan. Aku lolos
penyisihan pertama. Ini benar-benar terjadi padaku.

Selama beberapa minggu berikutnya, perwujudan impianku semakin dekat saat NASA mengadakan test fisik dan mental. Begitu test selesai, aku menunggu dan berdoa lagi. Aku tahu aku semakin dekat pada impianku. Beberapa waktu kemudian, aku menerima panggilan untuk mengikuti program latihan astronot khusus di Kennedy Space Center .

Dari 43.000 pelamar, kemudian 10.000 orang, dan kini aku menjadi bagian dari 100 orang yang berkumpul untuk penilaian akhir. Ada simulator, uji klaustrofobi, latihan ketangkasan, percobaan mabuk udara. Siapakah di antara kami yang bisa melewati ujian akhir ini ?.

Tuhan, biarlah diriku yang terpilih, begitu aku berdoa. Lalu tibalah berita yang menghancurkan itu. NASA memilih Christina McAufliffe. Aku kalah. Impian hidupku hancur. Aku mengalami depresi. Rasa percaya diriku lenyap, dan amarah menggantikan kebahagiaanku. Aku mempertanyakan semuanya. Kenapa Tuhan? Kenapa bukan aku? Bagian diriku yang mana yang kurang? Mengapa aku diperlakukan kejam? Aku berpaling pada ayahku. Katanya,"Semua terjadi karena suatu alasan."

Selasa, 28 Januari 1986, aku berkumpul bersama teman-teman untuk melihat peluncuran Challanger. Saat pesawat itu melewati menara landasan pacu, aku menantang impianku untuk terakhir kali. Tuhan, aku bersedia melakukan apa saja agar berada di dalam pesawat itu. Kenapa bukan aku? Tujuh puluh tiga detik kemudian, Tuhan menjawab semua pertanyaanku dan menghapus semua keraguanku saat Challanger meledak, dan menewaskan semua penumpang.

Aku teringat kata-kata ayahku,"Semua terjadi karena suatu alasan." Aku tidak terpilih dalam penerbangan itu, walaupun aku sangat menginginkannya karena Tuhan memiliki alasan lain untuk kehadiranku di bumi ini. Aku memiliki misi lain dalam hidup. Aku tidak kalah; aku seorang pemenang.

Aku menang karena aku telah kalah. Aku, Frank Slazak, masih hidup untuk bersyukur pada Tuhan karena tidak semua doaku dikabulkan.

Tuhan mengabulkan doa kita dengan 3 cara :
1. Apabila Tuhan mengatakan YA
Maka kita akan mendapatkan apa yang kita minta

2. Apabila Tuhan mengatakan TIDAK
Maka kita akan mendapatkan yang lebih baik

3. Apabila Tuhan mengatakan TUNGGU
Maka kita akan mendapatkan yang TERBAIK sesuai dengan kehendak NYA

--Frank Slazak--

Read More......

2/20/2007

WEBLOG ini untuk Anda

WEBLOG dengan alamat crew-smartfm.blogspot.com ini dibuat oleh Perkumpulan Karyawan Smart FM Jakarta, sebagai tempat berbagi informasi, menampilkan hasil karya pribadi atau karya dari sumber lain (tulisan, puisi, dll), aspirasi, silaturahmi, curhat, bertukar gagasan, bertukar kenangan, atau apa saja, bagi semua karyawan SMART FM.

Tanpa bermaksud membesar-besarkan, WEBLOG ini hadir demi mengeratkan persaudaraan yang selalu ada di antara kita, secara unik, kreatif, dan abadi.
Oleh karena itu, kami pengurus PKS, mengundang semua crew SMART FM, tidak hanya yang ada di Jakarta tetapi juga rekan-rekan di Manado, Makasar, Semarang, Surabaya, Banjarmasin, Balikpapan, Palembang, Medan, Pekanbaru...untuk turut memanfaatkan WEBLOG ini dengan semaksimal mungkin.
Silahkan kirimkan materi rekan-rekan yang ingin ditampilkan di WEBLOG ini melalui email PKS, dengan mencantumkan nama, divisi, kota asal, sumber karya (bila bukan karya pribadi).
Ditunggu yaa....
"Selamat beraktifitas dan berkreasi"
Salam Pengurus PKS

Read More......

2/17/2007

Gong Xi Fa Cai


SELAMAT TAHUN BARU
IMLEK 2558
Gong Xi Fa Cai
dan semoga sehat wal-afiat
(Shen Ti Jian Kang).

Read More......

2/15/2007

Editing Tulisan

PROSES KERJA JURNALISTIK
1. Rapat Redaksi
2. Repotase
3. Penulisan Berita
4. EDITING: proses memeriksa kembali naskah/tulisan untuk menyempurnakan tulisan, yang menyangkut ejaan, gaya bahasa, kelengkapan data, efektivitas kalimat, dan sebagainya. Pelaku disebut editor atau redaktur
5. Setting dan Lay Out: proses pemilihan Setting merupakan proses pengetikan naskah yang menyangkut pemilihan jenis dan ukuran huruf. Sedangkan layout merupakan penanganan tata letak dan penampilan fisik penerbitan secara umum. Setting dan layout merupakan tahap akhir dari proses kerja jurnalistik. Setelah proses ini selesai, naskah dibawa ke percetakan untuk dicetak sesuai oplah yang ditentukan.

PROSES EDITING (MENYUNTING NASKAH)
A. PENYUNTINGAN SECARA REDAKSIONAL-> Editor memeriksa tiap kata dan kalimat agar logis, mudah dipahami, dan tidak rancu (benar ejaan, punya arti, dan enak dibaca).
B. PENYUNTINGAN SECARA SUBSTANSIAL -> Editor memperhatikan dat dan fakta agar tetap akurat dan benar. Isi tulisan mudah dimengerti. Sistematika harus tetap terjaga.

MENYUNTING BUKAN SEKADAR MEMOTONG TULISAN AGAR PAS DENGAN SPACE, TAPI JUGA MEMBUAT TULISAN YANG ENAK DIBACA DAN MENARIK, AND TIDAK MEMPUNYAI KESALAHAN FAKTUAL

KEGIATAN EDITING
1. Memperbaiki kesalahan-kesalahan faktual.
2. Menghindari kontradiksi dan mengedit berita untuk diperbaiki.
3. Memperbaiki keaslahan ejaan (tanda baca, tatabahasa, angka, nama, dan alamat).
4. Menyesuaikan gaya bahasa dengan gaya surat kabar bersangkutan.
5. Mengetatkan tulisan (meringkas beberapa kalimat menjadi satu atau dua kalimat yang memiliki kejelasan makna serupa).
6. Menghindari dari unsure-unsur penghinaan, arti ganda, dan tulisan yang memeuakkan (bad taste).
7. Melengkapi tulisan dengan bahan-bahan tipografi (missal, anak judul/subjudul).
8. Menulis judul yang menarik.
9.Menulis keterangan gambar/caption untuk gambar/foto dan pekerjaan lain yang bersangkutan dengan cerita yang disunting.
10. Menelaah kembali hasil tulisan yang telah dicetak, mungkin masih terdapat kesalahan secara redaksional dan substansial.

FOKUS EDITOR
1. Sadar akan latar belakang para pembaca (umur, taraf hidup, dan gaya hidup) sehingga naskah diharapkan sesuai dengan latar belakang itu.
2. Tegas
3. Memperbaiki tulisan tanpa merusak cara penulis memaparkan pendapatnya.
4. Haiti-hati dengan iklan terselubung yang masuk dalam tulisan.

JIWA REDAKTUR
1. Memiliki wawasan luas -> ilmu jurnalistik.
2. Berkepala dingin, sanggup bekerja dalam suasana tergesa-gesa dan rumit, tanpa menderita perasaan tertekan.
3. Cermat, hati-hati, tekun, dan tegas.
4. elihat sesuatu dari sudut pandang pembaca (berorientasi pada kepentingan pembaca)

PRINSISP DASAR BAHASA JURNALISTIK/PERS
-> Fungsi -> bahasa komunikasi massa -> harus jelas dan mudah dibaca dengan tingkat ukuran intelektual minimal. Menurut JS Badudu (1988) bahasa jurnalistik memiliki sifat-sifat khas di antaranya:
1. Singkat, artinya bahasa jurnalistik harus menghindari penjelasan yang panjang dan bertele-tele.
2. Padat, artinya bahasa jurnalistik yang singkat itu sudah mampu menyampaikan informasi yang lengkap. Menerapkan prinsip 5 wh, membuang kata-kata mubazir dan menerapkan ekonomi kata.
3. Sederhana, memilih kalimat tunggal dan sederhana, bukan kalimat majemuk yang panjang, rumit, dan kompleks. Kalimat yang efektif, praktis, sederhana pemakaian kalimatnya, tidak berlebihan pengungkapannya (bombastis)
4. Lugas, artinya bahasa jurnalistik mampu menyampaikan pengertian atau makna informasi secara langsung dengan menghindari bahasa yang berbunga-bunga .
5. Menarik, artinya dengan menggunakan pilihan kata yang masih hidup, tumbuh, dan berkembang. Menghindari kata-kata yang sudah mati.

Terdapat empat prinsip retorika tekstual yang dikemukakan Leech, yaitu prinsip prosesibilitas, prinsip kejelasan, prinsip ekonomi, dan prinsip ekspresifitas.
1. Prinsip prosesibilitas, menganjurkan agar teks disajikan sedemikian rupa sehingga mudah bagi pembaca untuk memahami pesan pada waktunya. Dalam proses memahami pesan penulis harus menentukan (a) bagaimana membagi pesan-pesan menjadi satuan; (b) bagaimana tingkat subordinasi dan seberapa pentingnya masing-masing satuan, dan (c) bagaimana mengurutkan satuan-satuan pesan itu. Ketiga macam itu harus saling berkaitan satu sama lain.
Penyusunan bahasa jurnalistik dalam surat kabar berbahasa Indonesia, yang menjadi fakta-fakta harus cepat dipahami oleh pembaca dalam kondisi apa pun agar tidak melanggar prinsip prosesibilitas ini. Bahasa jurnalistik Indonesia disusun dengan struktur sintaksis yang penting mendahului struktur sintaksis yang tidak penting

Perhatikan contoh berikut:
Pangdam VIII/Trikora Mayjen TNI Amir Sembiring mengeluarkan perintah tembak di tempat, bila masyarakat yang membawa senjata tajam, melawan serta tidak menuruti permintaan untuk menyerahkannya. Jadi petugas akan meminta dengan baik. Namun jika bersikeras dan melawan, terpaksa akan ditembak di tempat sesuai dengan prosedur (Kompas, 24/1/99)


Contoh (1) terdiri dari dua kalimat, yaitu kalimat pertama menyatakan pesan penting dan kalimat kedua menerangkan pesan kalimat pertama.

2. Prinsip kejelasan, yaitu agar teks itu mudah dipahami. Prinsip ini menganjurkan agar bahasa teks menghindari ketaksaan (ambiguity). Teks yang tidak mengandung ketaksaan akan dengan mudah dan cepat dipahami.
Perhatikan Contoh:
(1) Ketika mengendarai mobil dari rumah menuju kantornya di kawasan Sudirman, seorang pegawai bank, Deysi Dasuki, sempat tertegun mendengar berita radio. Radio swasta itu mengumumkan bahwa kawasan Semanggi sudah penuh dengan mahasiswa dan suasananya sangat mencekam (Republika, 24/11/98)

(2) Wahyudi menjelaskan, negara rugi karena pembajak buku tidak membayar pajak penjualan (PPN) dan pajak penghasilan (PPH). Juga pengarang, karena mereka tidak menerima royalti atas karya ciptaannya. (Media Indonesia, 20/4/1997).


Contoh (3) dan (4) tidak mengandung ketaksaan. Setiap pembaca akan menangkap pesan yang sama atas teks di atas. Hal ini disebabkan teks tersebut dikonstruksi oleh kata-kata yang mengandung kata harfiah, bukan kata-kata metaforis.

3. Prinsip ekonomi. Prinsip agar teks itu singkat tanpa harus merusak dan mereduksi pesan.
Ketua DPP PPP Drs. Zarkasih Noer menyatakan, segala bentuk dan usaha untuk menghindari disintegrasi bangsa dari mana pun atau siapa pun perlu disambut baik (Suara Pembaruan, 21/12/98

4. Prinsip ekspresivitas. Prinsip ini dapat pula disebut prinsip ikonisitas. Prinsip ini menganjurkan agar teks dikonstruksi selaras dengan aspek-aspek pesan. Dalam wacana jurnalistik, pesan bersifat kausalitas dipaparkan menurut struktur pesannya, yaitu sebab dikemukakan terlebih dahulu baru dikemukakan akibatnya. Demikian pula bila ada peristiwa yang terjadi berturut-turut, maka peristiwa yang terjadi lebih dulu akan dipaparkan lebih dulu dan peristiwa yang terjadi kemudian dipaparkan kemudian.
 Dalam situasi bangsa yang sedang kritis dan berada di persimpangan jalan, karena adanya benturan ide maupun paham politik, diperlukan adanya dialog nasional. “Dialog diperlukan untuk mengubur masa lalu, dan untuk start ke masa depan”. Tutur Prof. Dr. Nurcholis Madjid kepada Kompas di kediamannya di Jakarta Rabu (23/12) (Kompas, 24/12/98).

Pada contoh tampak bahwa kalimat pertama menyatakan sebab dan kalimat kedua mendatangkan akibat.

Pemakaian Kata, Kalimat dan Alinea
Bahasa jurnalistik juga mengikuti kaidah bahasa Indonesia baku. Namun pemakaian bahasa jurnalistik lebih menekankan pada daya kekomunikatifannya. Para pembelajar BIPA tingkat lanjut dapat mempotensikan penggunaan bahasa Indonesia ragam jurnalistik dengan beberapa usaha.
1. Pemakaian kata-kata yang bernas. Kata merupakan modal dasar dalam menulis. Semakin banyak kosakata yang dikuasai seseorang, semakin banyak pula gagasan yang dikuasainya dan sanggup diungkapkannya.
Dalam penggunaan kata, penulis yang menggunakan ragam BI Jurnalistik diperhadapkan pada dua persoalan yaitu ketepatan dan kesesuaian pilihan kata. Ketepatan mempersoalkan apakah pilihan kata yang dipakai sudah setepat-tepatnya, sehingga tidak menimbulkan interpretasi yang berlainan antara penulis dan pembaca. Sedangkan kesesuaian mempersoalkan pemakaian kata yang tidak merusak wacana.
2. Penggunaan kalimat efektif. Kalimat dikatakan efektif bila mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan itu berlangsung sempurna. Kalimat efektif mampu membuat isi atau maksud yang disampaikan itu tergambar lengkap dalam pikiran si pembaca, persis apa yang ditulis. Keefektifan kalimat ditunjang antara lain oleh keteraturan struktur atau pola kalimat. Selain polanya harus benar, kalimat itu harus pula mempunyai tenaga yang menarik.
3. Penggunaan alinea/paragraf yang kompak. Alinea merupakan suatu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. Setidaknya dalam satu alinea terdapat satu gagasan pokok dan beberapa gagasan penjelas. Pembuatan alinea bertujuan memudahkan pengertian dan pemahaman dengan memisahkan suatu tema dari tema yang lain.

Oleh Darmanto

Read More......

2/09/2007

Banjir & DOA Nasional

Bisnis Indonesia Online Jumat, 09/02/2007


"Indonesia Floods Leave 200,000 Homeless." Begitu kira-kira judul berita yang dimuat hampir di seluruh media internasional, seperti The Associated Press; Washington Post, AS; Focus News, Bulgaria; The Telegraph, Inggris; Turkish Daily News; MWC News, Kanada; ABC News Australia; BBC News, Inggris.

Berita banjir besar di Jakarta ini sempat menggeser beberapa berita buruk lainnya asal Indonesia, seperti flu burung dan lumpur panas Lapindo yang selalu dipantau perkembangannya oleh publik internasional.

Setelah diguyur hujan hanya selama hampir tiga hari berturut-turut-sejak Kamis (1 Feb.) hingga Sabtu (3 Feb.), Ibukota pun nyaris tenggelam. Air meluap kemana-mana, dari perumahan kelas bawah hingga ke kompleks perumahan menteri, bahkan Istana Presiden. Dari gang-gang sempit hingga jalan protokol.

foto:ofm





''Ini siklus lima tahunan. Tak perlu cari kambing hitam,'' kilah Gubernur DKI Sutiyoso. Memang pada saat yang bersamaan dilaporkan di Johor Malaysia dan Fiji-sebuah negara kepulauan dekat Irian, juga terlanda banjir. Namun jika ini siklus lima tahunan, mengapa seperti tidak ada persiapan sama sekali? Aneh bukan?

Siapa yang patut disalahkan dalam bencana kali ini? Sudahlah, hanya yang berjiwa ksatria saja yang berani mengakui kesalahannya. Tapi, pemerintah juga tak bisa lepas tangan sama sekali dengan berlindung di balik fenomena alam.

''Lahan hijau yang selama ini menjadi resapan air hujan banyak yang berubah fungsi menjadi perumahan,'' kata Wapres Jusuf Kalla. Pembangunan villa-villa mewah di kawasan Puncak yang kian menggila juga dituduh sebagai salah satu biang keladi banjir di Jakarta.

''Saya sudah berulang kali peringatkan, ini [pembangunan villa-villa yang tak terkendali di Puncak] bisa berdampak sangat luas,'' kata Menhut MS Kaban.

Pembangunan Banjir Kanal Timur (BKT) sepanjang 23,7 kilometer dari Duren Sawit hingga ke Marunda berjalan amat lambat. Hingga kini tak lebih dari 8 kilometer yang mulai dibangun. Walau sudah direncanakan sejak zaman pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri, sampai saat ini pembebasan tanahnya pun belum sepenuhnya tuntas.

''Padahal kita siap memberi penggantian sesuai harga pasar. Artinya, masyarakat yang terkena gusur tak akan rugi,'' kata Menteri PU, Djoko Kirmanto. Uniknya, saat Pemprov DKI meminta izin untuk memakai dana APBD sebesar Rp600 miliar, DPRD minta angka itu dikurangi.

Padahal, peran BKT mengatasi banjir di Jakarta amat strategis. Setidaknya kanal itu bisa mengendalikan 25% tumpahan air bah yang akan menerjang Jakarta. Sampai di sini jelas, Pemprov DKI tak ingin disalahkan sendirian dalam musibah banjir yang kembali menyambangi Jakarta, meski peringatan tentang kemungkinan terjadinya banjir besar di Jakarta sudah kerap didengungkan banyak pihak.

Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), misalnya, jauh hari sebelumnya telah memprediksikan bakal terjadi hujan besar pada Februari-Maret 2007. Bahkan kira-kira seminggu sebelum banjir besar di Jakarta, BMG sempat melarang (khusus) Presiden SBY untuk terbang. Bahaya bagi Presiden, katanya, BMG memang tidak mengumumkan larang terbang ke bangsa Indonesia.

Dan, saat sejumlah daerah-termasuk Bekasi, yang notebene berada di pinggir Jakarta- mulai kebanjiran, Pemprov DKI dan warga Jakarta seakan cuek, tenang-tenang saja. Mereka tak melakukan persiapan apa pun untuk menyambut tamu yang tak pernah diundang itu.

Jadi pajangan

Bahkan, poster-poster 'Indonesia Terapung' yang terpampang di hampir seluruh penjuru kota seakan menjadi pajangan semata. Padahal, poster itu dipasang Badan Amil Zakat Nasional dan Dompet Dhuafa selain untuk mengetuk nurani kita menyalurkan donasi ke warga yang terserang banjir di Aceh Tamiang, juga untuk mengingatkan kita, bukan tak mungkin suatu saat Jakarta juga bakal terlanda banjir.

Mungkin kata-kata 'Indonesia Terapung' saat ini dirasa cukup 'ngepop' bagi sebagian warga Jakarta, mungkin yang dibutuhkan warga Jakarta adalah kata-kata keras seperti 'Awas Banjir Besar!' atau entahlah.

Tak heran kalau Pemprov DKI dan warga Jakarta seperti terkaget-kaget saat banjir menyerbu Ibu Kota, Jumat (2 Feb.). Aksi evakuasi korban banjir dan penyaluran bantuan juga nyaris tak terkoordinasi dengan baik. Warga terpaksa harus berswadaya membangun tempat pengungsian dan dapur umum.

Evakuasi pun lebih banyak dilakukan relawan yang tak lain adalah warga setempat. Walau tampak ada personel TNI yang ikut membantu. Ini indikasi konkret kita memang tak siap menghadapi bencana alam.

Tak bisa dibayangkan dengan penanganan banjir yang seperti itu, bagaimana jika bencana yang lebih besar datang secara tiba-tiba. Amit-amit, tapi seperti gempa bumi besar, yang disertai tsunami, seperti di Aceh dan Yogya? Kita sama sekali tidak mengharapkan dan senantiasa berdoa agar Tuhan menghindarkan kita dari segala bencana. Namun sebagaimana layaknya sebuah ibukota negara, Jakarta harus tetap bersiap diri, agar korban dapat sebisa mungkin dihindari.

Perlu sekali lagi diingatkan bahwa Indonesia berada di Pacific Ring of Fire, karena berada pada pertemuan tiga lempeng besar dunia yang sangat aktif. Lempeng Indo-Australia yang mendesak ke timur laut dan utara, Lempeng Eurasia yang relatif statis tetapi bergerak ke arah tenggara, dan Lempeng Pasifik yang mendesak ke arah barat daya dan barat laut.

Indonesia sendiri terbentuk karena pergerakan besar lempeng-lempeng tersebut. Selama 30 ke depan Indonesia harus siap setiap saat berada dalam bahaya gempa bumi dan tsunami, tidak terkecuali DKI Jakarta (baca tulisan saya di BIM Agustus 2006).

Kita memang berharap berbagai bencana di Indonesia segera dapat berhenti. Sekali lagi, sebagai bangsa yang percaya adanya Tuhan Yang Maha Esa, adalah sangat urgent bagi pemerintah dan bangsa Indonesia untuk segera melakukan doa nasional demi keselamatan Indonesia.

Memang, sejumlah ustadz yang didukung sejumlah lembaga swasta sudah melakukan zikir bersama, demikian juga dengan beberapa Gereja melakukan doa dan puasa. Namun, saya yakin kalau doa nasional ini dikomandani oleh Presiden SBY, dengan melibatkan seluruh bangsa dari semua agama di seluruh pelosok Indonesia, maka gerakan moral ini efeknya bisa lebih dahsyat.

Marilah kita berdoa bersama secara nasional, minta pengampunan dan perlindungan Tuhan Yang Maha Kasih, demi keselamatan Indonesia. Pak SBY, ayo dong!

oleh : Christovita Wiloto
CEO & Managing Partner Wiloto Corp. Asia Pacific

Read More......

2/06/2007

Prihatin Banjir

"TURUT PRIHATIN atas bencana BANJIR yang terjadi di Jakarta"













Daftar Kontak Posko Banjir

Posko Satkorlak & Satlak PBP Jakarta
Telp: 382 2212 / 382 3113 / 350 0000
SMS: 0811 920 203

Posko Banjir Jakarta Pusat 384 3066
Posko Banjir Jakarta Utara 439 30152 / 439 34752
Posko Banjir Jakarta Barat 582 1765 / 582 1725
Posko Banjir Jakarta Timur 487 02443
Posko Banjir Jakarta Selatan 727 86646 /727 86657

Pelayanan PLN 123
Pelayanan Pemadam Kebakaran 113
Pelayanan PAM Jaya 570 4250 (3.200)
Pelayanan Kesehatan 348 35118
Pelayanan Bantuan Sosial 426 4675
Dinas Pekerjaan Umum 384 6608

Posko Banjir Komando Armada Barat TNI AL
4241155, 4243000, 4263329

Posko Banjir Pangkalan Udara Halim Perdanakusumah
8019210, 8019211

Sumber:

Read More......

2/01/2007

Membangun Komunikasi Dua Arah

Lalu lintas dua arah seringkali menimbulkan kemacetan, terutama di daerah yang padat kendaraan. Tetapi, tidak demikian dengan komunikasi. Komunikasi dua arah justru memperlancar hubungan di berbagai bidang, baik di tempat kerja maupun di rumah. Membangun komunikasi dua arah memang tidak mudah, tetapi siapa tahu dengan menyimak yang berikut, Anda pun bisa melakukannya.

APAKAH PERLU KOMUNIKASI DUA ARAH?

Untuk mengetahui apakah Anda memang perlu membangun komunikasi dua arah, coba
jawab beberapa pertanyaan berikut.
Apakah anak buah atau bawahan Anda sering datang kepada Anda dan secara nyaman
menyampaikan unek-unek mereka?
Apakah Anda dan tim Anda bisa saling menerima kritik tanpa mengambil sikap defensif?
Apakah Anda tahu rasa frustrasi, masalah, keinginan, minat anggota tim Anda?
Apakah Anda sering menanyakan pendapat atau masukan dari anggota tim tentang suatu keputusan yang akan Anda ambil?
Apakah dalam rapat dengan tim, ada kebebasan menyatakan pendapat, memberi usulan dan saran?

Jika sebagian besar jawaban Anda adalah tidak, maka kemungkinan besar Anda perlu membangun komunikasi dua arah. Namun, jika sebaliknya, jawaban Anda kebanyakan adalah Ya, Anda telah memupuk terjadinya komunikasi dua arah, namun tidak ada salahnya untuk menyimak beberapa kendala komunikasi dan usulah strategi komunikasi berikut.

KENDALA KOMUNIKASI

Roger Neugebauer dalam artikelnya Communication: A two-way Street mengungkapkan beberapa kendala yang sering dialami oleh sebuah organisasi dalam berkomunikasi dua arah.

Protectiveness (Perlindungan).
Pimpinan seringkali tidak memberitahukan informasi tertentu pada karyawannya atau timnya karena takut akan menyakiti hati karyawan. Alasan lain adalah bahwa pimpinan menganggap bahwa informasi tersebut harus dilindungi, dan bukan untuk konsumsi karyawan karena karyawan tidak akan mungkin mengerti apa yang akan disampaikan. Demikian pula dengan karyawan, mereka sering tidak menyampaikan informasi tertentu kepada pimpinan untukmelindungi dirinya dari tindakan pemecatan atau peringatan. Mereka takut jika informasi disampaikan maka pimpinan akan marah, lalu mendiskreditkan mereka, memberikan penilaian yang negatif terhadap mereka (sehingga berdampak pada kenaikan gaji yang kecil), atau bahkan yang paling ekstrem adalah memecat mereka.

Defensiveness (Pertahanan).
Selain menahan informasi, seseorang juga bisa saja tidak mau menerima informasi (menolak untuk mendengar informasi yang disampaikan). Hal ini terjadi jika mereka sudah membentuk emosi negatif terhadap orang yang memberi informasi, mungkin karena orang tersebut telah merendahkan dengan kata-kata yang menyakitkan. Hal ini membuat ia merasa diserang, sehingga secara alami, orang yang merasa diserang tersebut membangun benteng pertahanan dengan menahan informasi yang masuk. Ia menganggap informasi tersebut juga akan membuatnya sakit hati. Misalnya saja ada Pak Arief yang
Memberi komentar kurang baik tentang prestasi seorang anak buahnya. Anak buah Pak Arief cenderung merasa bahwa masukan tersebut menyerang harga dirinya, egonya, dan kualitas kerjanya. Padahal sebenarnya Pak Arief hanya ingin memberikan masukan untuk perbaikan, tetapi masukan ini disampaikan dengan kata-kata yang tidak dipikirkan dulu penyampaiannya. Ketika merasa diserang maka anak buah Pak Arief cenderung akan marah, dan menutup telinga terhadap informasi lainnya yang mungkin saja berguna untuknya (misalnya: informasi mengenai strategi memperbaiki kinerjanya).

Tendency to evaluate (Kecenderungan untuk menghakimi).
Jika mendapat informasi dari seseorang mengenai keburukan orang lain, pimpinan cenderung mengambil sikap yang mengevaluasi tanpa mengumpulkan data yang lengkap sebelum berkomunikasi dengan orang yang dibicarakan tersebut. Karena terpengaruh oleh pandangan satu orang, pimpinan langsung membentuk opini tertentu dan mengambil keputusan sepihak tanpa melibatkan orang-orang yang terkait, dan tanpa mengumpulkan fakta lapangan yang cukup. Ini bukanlah merupakan komunikasi dua arah, tetapi komunikasi satu arah, atau bahkan bisa dikatakan bahwa tidak terjadi komunikasisama sekali.

Narrow perspectives (Perspektif yang sempit).
Karena jarang meninjau pekerjaan orang lain, atau keluar dari lingkungan pekerjaan sendiri, seseroang seringkali dibatasi pada cara pandangnya sendiri. Ia tidak mencoba melihat dari sudut pandang orang lain. Pimpinan yang sering mengambil keputusan besar yang menyangkut keputusan keuangan dan strategi operasional secara umum, seringkali tidak mempertimbangkan detail pelaksanaan pekerjaan dan sudut pandang para pekerjaan. Sebaliknya, para karyawan, seringkali hanya melihat suatu
masalah dari sudut pandangnya sendiri (kepentingan individunya semata, tanpa mencoba memahami sebuah situasi dari sudut pandang yang berbeda). Sempitnya perspektif inilah yang sering menyebabkan konflik (tiap orang hanya melihat dari sudut pandang sendiri, dan tidak mencoba memahami orang lain). Sebagai contoh, keputusan seorang pemimpin untuk membatasi percakapan telepon selama tiga menit saja, dianggap sebagai keputusan yang tidak populer, apalagi untuk bagian marketing yang sering kali menggunakan telepon untuk berhubungan dengan calon pelanggan atau pelanggan yang ada.

Mismatched expectations.
Peter Drucker mengatakan bahwa pikiran manusia seringkali hanya membatasi informasi yang cocok dengan ekspektasinya Jika, ternyata informasi yang disampaikan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, maka orang tersebut cenderung tidak termotivasi untuk mendengarkan informasi yang disampaikan. Misalnya: jika dalam rapat-rapat ternyata seringkali tanggapannya tidak diperhatikan, maka karyawan cenderung enggan menyatakan pendapat, karena ia beranggapan percuma saja menyampaikan pendapat, karena biasanya juga tidak ada follow-up-nya. Demikian pula dengan pimpinan, yang sering mendengarkan pendapat karyawan yang dianggapnya tidak relevan dengan
keputusan yang akan diambil. Pimpinan tersebut cenderung tidak mendengarkan pendapat dari orang tersebut di waktu-waktu yang berikutnya.

Insufficient time.
Alasan lain adalah keterbatasan waktu untuk menyampaikan informasi secara menyeluruh. Karena kegiatan rutin yang harus diselesaikan dengan segera, seringkali waktu berkomunikasi dilupakan, atau komunikasi dilakukan dengan tergesa. Akibatnya, informasi yang disampaikan kepada orang lain pun tidak lengkap. Dampaknya adalah orang lain hanya menerima sebagian informasi (tidak utuh), sehingga ada kemungkinan informasi tersebut salah dipahami.

MEMBANGUN KOMUNIKASI DUA ARAH
Setelah memahami berbagai kendala yang menghambat terjadinya komunikasi dua arah, kita akan lebih mudah untuk menyusun strategi guna membangun komunikasi dua arah tersebut. Berikut adalah beberapa strategi yang bisa dicoba.

Mendengar. Dalam komunikasi dua arah, ada yang berbicara, dan ada yang mendengar. Yang sering terjadi adalah tiap pihak saling menunggu kesempatan untuk berbicara tanpa meluangkan waktu untuk mendengar apa yang disampaikan pihak lain (karena ia sibuk menyiapkan apa yang akan disampaikan).
Seringkali, banyak permasalahan dapat terselesaikan justru bukan karena seseorang menjadi pembicara yang handal, melainkan karena ia bersedia memahami orang lain dengan cara mendengarkan dengan saksama apa yang disampaikan (keluhan, masalah, keinginan, harapan). Informasi yang didengar inilah yang bisa dijadikan dasar untuk menentukan langkah selanjutnya untuk menyelesaikan masalah.

Terbuka. Untuk mendorong tiap pihak untuk saling terbuka, seorang pimpinan hendaknya tidak menghukum orang yang menyampaikan pendapat, masalah, atau perasaannya. Keterbukaan bisa juga dibuatkan wadahnya, yaitu melalui bulletin board, kotak saran, atau media antarkaryawan. Karyawan yang menyampaikan pendapat atau ide yang bisa dimanfaatkan perusahaan, bisa diberikan hadiah, atau penghargaan. Demikian juga dengan karyawan yang bisa mengidentifikasi atau mengantisipasi masalah serta mengusulkan alternatif pemecahannya.

Menyamakan persepsi. Komunikasi dua arah sering terhambat karena adanya perbedaan persepsi terhadap suatu masalah. Dengan demikian, dalam berkomunikasi,ada baiknya disampaikan juga latar belakang pemikiran dari ide yang disampaikan,sehingga orang lain juga bisa memiliki persepsi yang sama, berangkat dari persepsi yang sama, atau paling tidak memahami persepsi orang yang menyampaikan informasi tersebut. Jika pemahaman sudah tergalang, maka komunikasi dua arah akan lebih mudah mengalir.

Komunikasi empat mata. Banyak juga karyawan yang enggan menyampaikan pendapat karena sungkan berbicara di hadapan banyak orang, padahal mungkin saja karyawan tersebut memiliki ide yang brilian. Seorang pimpinan bisa mencoba melakukan komunikasi dua arah terhadap anak buahnya secara regular untuk memahami kebutuhan, ekspektasi, masalah mereka. Dengan komunikasi empat mata, bawahan mungkin saja lebih nyaman menyatakan pendapat atau menyampaikan permasalahan yang ditemuinya di lapangan. Jadi, komunikasi empat mata penting untuk dilakukan dengan lebih sering, tidak hanya ketika melakukan evaluasi kerja tahunan.

Ada banyak cara untuk membangun komunikasi dua arah, beberapa di antaranya baru saja kita bahas bersama. Mungkin Anda bisa memilih mana yang paling cocok untuk Anda, atau mengkombinasi beberapa strategi untuk mencapai komunikasi dua arah dengan lebih mudah, dengan hasil yang lebih baik. Selamat berkomunikasi!

-Sumber:Boby Galih-

Read More......
Copyrights @ 2006 Perkumpulan Karyawan SmartFM - Jakarta, Indonesia
http://crew-smartfm.blogspot.com

  © Blogger template 'Ultimatum' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP